Sunday, December 30, 2007

Antara Hanoi dan Purwokerto

Judul posting ini terinspirasi lagu Antara Anyer dan Jakarta. Ngomongin lagu tersebut, tapi pagi dengar bukannya jadi terhibur justru seperti mengorek luka lama, kehilangan jaket ketika acara kantor awal desember kemaren, hah.. forget it, toh jaketnya juga udah ketemu ^^.

Ooo yaa judul tersebut berkaitan dengan rubrik Perjalanan dan Santap di Kompas hari ini yang diisi oleh Bre Redana. Rubrik pertama membahas perjalanan Bre ke Vietnam, sangat menarik terutama tentang kesederhanaan orang-orang Vietnam dan kebanggaan mereka sebagai bangsa Viet. Ga kebayang, seorang pemandu wisata tidak mau ditaawari ikutan makan atau cuma sekedar minum di cafe demi menjaga etika profesi, plus katanya ga enak sama supir biro perjalanan yang nunggu diluar, karena si supir cuma dibayar 1 USD per hari sementara makanan dan minum di cafe, kebayang harganya brapa. Belum lagi bagaimana pemandu wisata selalu mengingatkan wisatawan agar tidak membeli barang kerajinan dari anak-anak karena akan mendorong anak-anak meninggalkan sekolahnya demi uang. Sungguh suatu kesadaran sosial yang sangat bagus, sebagai cermin tanggung jawab mereka akan masa depan bangsanya.

Bandingkan semua itu dengan kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia. Belum lagi betapa banyaknya anak-anak yang berkeliaran meminta-minta di tiap-tiap lampu merah di jakarta. Ooo yaa katanya di Vietnam juga tidak ada pengemis. Kalau dibilang hidup susah, mungkin lebih banyak orang Vietnam yang hidupnya lebih susah dari pengemis disini. Dan benar kata Bre, itu masalah mental, masalah rasa malu, dan itu yang ga dimiliki para pengemis disini. Kalau sebenarnya mereka punya rasa malu dan sedikit mau berusaha, betapa banyaknya posisi pembantu rumah tangga yang ada sekarang, liat aja betapa susahnya orang-orang nyari pembantu rumah tangga saat ini.

Ooo yaaa saya teringat Biography Pope Paulus II belum lama ini, dalam biography tersebut sang Pope sempat berkata bahwa demokrasi yang dia liat ketika Polandia beralih jadi negara yang demokratis membuat orang-orangnya lebih materialisme. Sepertinya berlaku juga sekarang di Indonesia, bandingkan dengan sebelum reformasi, betapa orang-orang tidak se matre semperti sekarang. Demokrasi telah menyebabkan arus informasi begitu bebas, iklan dan perusahaan luar yang menyebabkan kita jadi konsumtif, dan tentu UUD, ujung-ujungnya duit.. naah makanya dibilang matre.. Ternyata ada enaknya juga jadi negara sosialis seperti Vietnam ^^

Oke, cukup dulu yang serius di rubrik Perjalanan, jadi kepengen wisata ke Vietnam, bebas Visa ga yaaa? Kita sekarang pindah ke Purwokerto yang ada di rubrik Santap. Sesuai namanya, pasti ngomongin makanan. Naah saya baru tau ternyata tempe mendoan itu dari Purwokerto, kok ada teman yang orang purwokerto ga pernah cerita yaaa hehehe.. Rasa tempenya kan mantap banget tuh. Di kantin salah satu kantor BRI di Jakarta saya pernah nyoba tempe yang menurut saya sepertinya merupakan tempe mendoan, digoreng ga terlalu mateng, dan dimakan dengan cabe rawit... persis.. persis..

Trus di rubrik ini juga cerita tentang soto ayam Jalan Bank. Kalau dalam perjalanan mampir ke Purworkerto jangan lupa mamping ke Soto Ayam Jalan Bank, soto ayam dengan kuah kaldu dan paling terkenal dikota tersebut, sampai-sampai Gus Dur dan Megawati pun selalu pesan dihidangkan soto ayam tersebut kalau kebetulan kunjungan ke Purwokerto.. yamie..

Jadi pengen juga ke Purwokerto yang kata Bre Redana bagus dijadiin sebagai base kalau mau ke dataran tinggi Dieng.. kapan yaaa.. perlu visa juga ga yaaa kalau kesana hihihi.. Visa electron kali yaa, tapi emang di Purwokerto terima kartu Kredit.. hehehe..

No comments: