Thursday, May 31, 2007

Sujud

Jalaluddin Rumi bercerita, alkisah, pada tepian sebuah sungai, terdapat dinding yang tinggi. Di atas benteng itu terbaring seseorang yang tengah menderita karena kehausan. Tembok itu menghalangi dia untuk mendapatkan air yang ia rindukan seperti rindunya seekor ikan akan air lautan.

Dengan susah payah, ia lalu melemparkan pecahan batu kerikil dari tembok itu ke dalam air. Suara percikan air yang tertimpa kerikil terdengar di telinganya seperti suara seorang sahabat yang indah dan lembut. Ia begitu bahagia mendengar suara percikan air itu.

Karena bahagianya, ia mulai merobohkan batu bata benteng itu satu per satu. Suara gemercik air di bawah seakan berkata kepadanya, "Apa yang kau lakukan?" Lelaki yang kehausan menjawab, "Aku memperoleh dua hal dan aku takkan pernah berhenti melakukannya. Pertama, aku ingin mendengar bunyi gemercik air. Suara percikan air bagi orang yang kehausan sama seperti suara terompet Israfil yang membangunkan kehidupan bagi orang mati; sama seperti bunyi hujan di musim semi yang membuat kebun merekah dengan segala kemegahannya; sama seperti hari-hari sedekah bagi seorang pengemis; atau sama seperti berita kebebasan bagi seorang tawanan."

"Kedua, setiap kali aku merobohkan bebatuan benteng dan melemparkannya ke bawah, aku menjadi lebih dekat dengan air yang mengalir. Setiap bongkah tembok yang aku jatuhkan membuat benteng ini menjadi lebih rendah. Menghancurkan dinding pemisah ini akan membawaku kepada kesatuan."

"Meruntuhkan benteng pemisah adalah makna dari bersujud. Bukankah Tuhan berkata, bersujudlah dan dekatkanlah dirimu kepada-Ku. Selama tembok itu berdiri tegak, sepanjang itulah tegak penghalang yang menyebabkan orang tak bisa menundukkan kepalanya di dalam shalat. Engkau takkan pernah bisa benar-benar bersujud kepada air Kehidupan selama engkau belum membebaskan dirimu dari tubuh fisikmu."

"Makin haus orang yang berada di atas benteng, makin cepat pulalah ia meruntuhkan bebatuan. Makin besar cintanya kepada suara gemercik air, makin banyak pulalah bongkahan batu bata yang ia runtuhkan...."

Dalam kelanjutan kisah ini, Rumi bercerita, orang yang kehausan itu kini telah berhasil meruntuhkan seluruh tembok pemisah. Ia telah dekat dengan sungai yang mengalir. Namun, ia merasa malu karena seluruh tubuhnya kotor berdebu, sementara air itu begitu bersih, bening, dan suci. Sungai itu lalu bertanya, "Bukankah kau telah berusaha keras untuk merobohkan bebatuan. Sekarang setelah kau dekat denganku, mengapa kau tak mau menghampiriku?" Lelaki itu menjawab, "Tidak mungkin bibirku yang kotor aku tempelkan kepada air yang begitu suci." Sungai itu berkata lagi, "Tanpa airku, mana mungkin kau bisa membersihkan dirimu."

Rumi mengajarkan kepada kita bahwa Air Kehidupan tak bisa didekati tanpa bersujud. Tembok-tembok yang menghalangi kita untuk dekat kepada Tuhan adalah tembok keangkuhan dan kesombongan kita. Selama kita masih sombong, kita tak akan pernah mampu untuk mendekati Dia. Sujud adalah lambang kerendahan diri. Semakin seseorang merendahkan dirinya, makin dekat pula ia dengan Yang Mahatinggi.

Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Saat ketika seorang hamba paling dekat dengan Tuhannya adalah saat ketika ia tengah bersujud." Ketika ia bersujud, ia menempatkan kepalanya-yang menjadi lambang kepongahan-pada tempat yang serendah-rendahnya. Bahkan dalam shalat, kita disunahkan agar merebahkan kepala kita di atas tanah, yang dari situ kita diciptakan dan ke tanah pula kita dikembalikan.

Sujud adalah gambaran perendahan diri kita yang serendah-rendahnya agar kita dekat dengan Allah SWT. Selama kita masih membangun tembok keangkuhan, kita takkan pernah bisa mendekati-Nya. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak akan pernah bisa masuk surga orang yang memiliki perasaan takabur di dalam hatinya walaupun sebesar debu saja."

Para sufi tidak menggambarkan surga sebagai tempat yang dialiri sungai susu dan khamar, penuh dengan buah-buahan yang ranum dan para bidadari rupawan. Mereka menganggap gambaran seperti itu hanya perlambang saja.

Menurut para sufi, hal yang paling indah dari surga adalah pertemuan dengan Allah SWT; persatuan dengan Tuhan yang penuh kasih. Ini takkan pernah bisa dicapai apabila masih ada satu titik keangkuhan, sebesar biji sawi pun.

(Dikutip dari tulisan Jalaluddin Rakhmat: Lailatul Qadar, malam pengampunan)
She's out of my life

She's out of my life
She's out of my life
And I don't know whether to laugh or cry
I don't know whether to live or die
And it cuts like a knife
She's out of my life

It's out of my hands
It's out of my hands
To think for two years she was here
And I took her for granted I was so cavalier
Now the way that It stands
She's out of my hands

So I've learned that love's Not Possession
And I've learned that love won't wait
Now I've learned that love needs expression
But I learned too late

She's out of my life
She's out of my life
Damned Indecision and cursed pride
Kept my love for her locked deep Inside
And it cuts like a knife
She's out of my life


(kok jadi melo gini..damn.! hehehe...)

Tuesday, May 29, 2007

KOMITMEN

Komitmen. Kata-kata yang berusan terlintas dalam pikiran. Satu kata yang sepertinya sangat keramat, khususnya dalam hal ‘relationship’. Relationship, itu kata kedua yang juga terlintas, tapi gak usah di bahas, agak nyakitin, hik..hik.. ☺. Beberapa waktu yang lalu seorang teman finally mengutarakan niatnya untuk mengajak menikah wanita yang selama ini menjadi incarannya. Tidak ada kata cinta, be my girl friend atau kata lainnya. Yang ada adalah ungkapan yang menunjukkan suatu komitmen, want you marry me.

Tidak semua orang mampu berkomitmen, termasuk saya mungkin. Bagi sebagian orang komitmen seperti berjudi dengan seluruh pin yang dimiliki. Mereka gambling terhadap apa yang akan diterima setelah suatu yang namanya komitmen diutarakan. Mereka yang yakin terhadap kartu yang ada ditangan, tidak akan sulit untuk mempertaruhkan semuanya. Berbeda dengan mereka yang tidak memiliki kartu yang cukup meyakinkan, atau tidak memiliki gambaran terhadap kartu yang dimiliki sang lawan, langsung mempertaruhkan semua pin adalah suatu kekonyolan. Bagi mereka ini, tentunya akan lebih bijaksana jika berhati-hati dalam mempertaruhkan pin yang dimiliki. Mungkin melempar satu-dua pin untuk menunjukkan niat ikut dalam permainan dan demi mendapatkan sinyal terhadap kartu yang dimiliki lawan adalah tindakan yang tepat. Jika beberapa pin telah di lempar tapi tidak ada titik terang akan peluang memenangkan pertandingan, apapun langkah yang diambil adalah langkah terbaik. Toh tidak semuanya pin dipertaruhkan.

Jadi kapan komitmen harus diutarakan, yaitu ketika kita benar-benar ingin mengakhiri permainan, dan tentu dengan suatu kemenangan.

And you got it my friend, good luck :D

Tuesday, May 22, 2007

Buku-buku yang wajib dibaca
(Ini buku-buku favorit gue)

Harry Potter – Mencoba kembali ke imajinasi masa kanak-kanak

Mimpi-mimpi Einstein – Berimajinasi dengan hal yang lebih rumit, lebih serius tentang bagaimana orang fisika bercerita tentang waktu

Canda Sufi - Pengen bacaan ringan, lucu abis, tapi tersimpan banyak makna. Lagi-lagi daya imajinasi si pengarang (sebenarnya kemampuan ngeles si tokoh) benar-benar edan, padahal seorang Sufi.

Tetralogi Pramudya Ananta Toer - Satu karya sastra yang sangat indah, dan tertuang dalam 4 Buku. Plot cerita yang benar-benar kaya akan ide.

Musashi – Suatu karya tentang seorang laki-laki dan untuk laki-laki. Tapi juga cocok buat cewek, khususnya mengenal budaya jepang, dan ketegaran seorang wanita jepang yang bernama Otsu :D

Taiko - Buku tentang strategi, mungkin terjemahan yang lebih luas tentang filsafat Sun-Tzu.

Dan Brown Series - Novel yang kaya akan pengetahuan, bagaimana seharusnya suatu novel di tulis dimana diperlukan riset yang mendalam tentang banyak hal yang terkait dengan cerita.
15 Juni 1905
(Salah satu tulisan dalam buku Einstein's Dreams)

Di dunia ini, waktu adalah dimensi yang terlihat. Seperti halnya orang bisa menatap rumah-rumah, pohon-pohon, dan puncak gunung di kejauhan sebagai suatu pertanda adanya dimensi ruang. Hal serupa terjadi ketika orang menatap ke arah yang berlawanan dan tampaklah kelahiran-kelahiran, pernikahan-pernikahan, kematian-kematian sebagai pertanda adanya dimensi waktu, merentang suram di masa depan yang jauh. Dan, seperti halnya orang bisa berpindah tempat, orang juga bisa memilih gerak pada poros waktu. Beberapa orang merasa takut meninggalkan saat-saat membahagiakan. Mereka memilih berlambat-lambat berjingkat melintasi waktu, mencoba mengakrabi kejadian demi kejadian. Yang lain berpacu menuju masa depan tanpa persiapan, memasuki perubahan yang cepat dari peristiwa-peristiwa yang meilintas.

Di satu politeknik di Zurich, seorang lelaki muda duduk bersama pembimbingnya di ruang perpustakaan yang kecil, membahas disertasi doktoratnya. Saat ini bulan Desember, rak marmer putih di atas tungku perapian, dan bunga api memercik. Lelaki muda dan gurunya itu duduk di kursi oak yang nyaman, dan diatas meja bundar penuh kertas-kertas hitungan. Peneltian itu memang sulit. Tiap bulan, dalam 18 bulan terakhir, lelaki muda itu selalu menjumpai profesornya di ruangan itu, meminta bimbingan dan dorongan, meneruskan pekerjaan dan datang lagi pada bulan berikutnya dengan pertanyaan-pertanyaan baru. Sang profesor selalu menyediakan jawaban-jawaban. Dan hari ini, lagi, sang profesor memberi penjelasan. Ketika pembimbingnya berbicara, lelaki muda itu memandang keluar jendela, mengamati salju yang menempel di pohon cemara di sebelah gedung, bertanya-tanya bagaimana caranya ia bisa meraih gelar kelak. Duduk di kursi, lelalki muda itu kemudian melangkah ke masa depan dengan ragu-ragu, dan dalam beberapa menit telah sampai ke masa depan, gemetar karena kedinginan dan ketidakpastian. Ia menarik diri kembali ke belakang. Lebih baik ia tetap bertahan di saat ini, di samping hangatnya api, di samping hangatnya bimbingan sang profesor. Jauh lebih baik menghentikan gerak waktu. Dan beigtulah, di perpusatakaan ketil itu, si lelaki muda bertahan. Teman-temannya melintasinya, menatap sekials padanya, dan meneruskan kembali perjalanan mereka ke masa depan dengan langkah masing-masing.

Di jalan Vikoriastrasse no. 27. Di Berne, seorang gadis berbaring di ranjangnya. Suara orangtuanya terdengar sampai ke kamar. Ia menutup telinga dan menatap potret yang ada di atas meja, potret dirinya semasa bocah, berjongkok di pantai bersama ibu bapaknya. Di salah satu sisi dinding berdiri meja kayu chesnut. Baskomposelen di atas meja. Cat biru dinding mengelupas dan retak-retak. Di bawah ranjang, satu tas terbuka, terisi setengah dengan pakaian miliknya. Ia menatap potret di atas meja, lalu mengilang dalam waktu. Masa depan memanggilnya. Ia telah membuat keputusan. Belum selesai berkemas, bergegas ia keluar rumah, dan di titik dalam hidupnya inilah ia menerjang masa depan. Dengan cepat melintasi satu tahun di depan, lima tahun, sepuluh tahun, dua puluh tahun, dan akhirnya ia menginjak rem. Namun, ia bergerak demikian cepatnya hingga tidak mampu memperlambat langkahnya. Kini ia berumur limapuluh tahun. Peristiwa-peristiwa yang berpacu melewati pandangannya hampir-hampir tak bisa dilihatnya. Seorang pengacara botak menghamilinya, kemudian meninggalkannya. Gambar-gambar kabur dari masa kuliah. Apartemen kecil di Lausanne sebagai tempat tinggal sementara. Seorang teman perempuan di Fribourg.

Kunjungan-kunjungan pada orangtuanya tampak kelabu. Kamar rumah sakit tempat ibuna meninggal. Apartemen lembab di Zurich, bau bawang putih, tempat ayahnya meninggal. Surat dari anaknya, yang tinggal di satu tempat di Inggris.

Perempuan itu menghela napas. Ia berumur limapuluh tahun. Berbaring di ranjang, mencoba mengingat kehidupannya, menatap potret dirinya kala bocah saat berjongkok bersama ibu bapaknya di pantai.
Mimpi-Mimpi Einstein

Insyaallah, pelan-pelan saya akan coba tulis ulang kedalam blog ini tulisan-tulisan yang ada pada buku Einstein Dream karya Alan Lightman. Lewat suatu daya imajinasi yang hebat, Alan lightman menuangkan ide Einstein tentang waktu dalam bentuk cerita yang indah. Ops, dengar tentang ide Einstein jangan buru-buru tutup halaman ini, karena beranggapan tulisan ini bakal serius banget, bakal banyak rumusnya dan lain-lain. Gak bakal ada, yang dibutuhkan dalam membaca buku ini adalah bagaimana bisa menangkap imajinasi dari pengarang yang sangat brilian, sangat imajinatif dalam menterjemahkan suatu yang rumit dalam fisika, dalam satu alur cerita yang mudah dicerna.

Sebagai contoh, pernahkah terpikir oleh kita, bagaimana jika kehidupan kita abadi, bagaimana jika kita hanya hidup satu hari. Pernahkan kepikiran bagaimana jika waktu itu tidak kontinu, tiba-tiba berhenti, tiba-tiba merenggang, tiba-tiba berjalan cepat. Bagaimana jika waktu itu suatu dimensi yang terlihat, sehingga jika menengok ke belakang kita akan tahu bagaimana masa kecil, dan jika melihat kedepan, kita akan sangat gampang menghapal apa yang akan terjadi kemudian dan kita bisa melompat ke masa manapun yang kita inginkan. Bagaimana jika waktu adalah suatu persepsi, tiap orang mempersepsikan waktu berdasarkan penglihatannya. Tidak ada menit, jam dan hari dengan waktu seperti ini. Yang ada hanya persepsi masing-masing orang akan suatu kondisi. Semua itu dicoba gambarankan oleh Alan Lightman dalam satu perumpamaan yang sangat indah.

Dari pandangan seorang fisikawan, ngomongin waktu sebenarnya ngomongin cahaya, bagaimana suatu peristiwa merupakan satu titik dalam garis cahaya. Bingung khan, itu pikiran orang-orang fisika hehehe (hmmm, apanya yang lucu ☺) . Biar mudah dicerna, nonton filmnya Dejavu – Danzel Washington. Di film itu si ilmuwannya akan menerangkan bahwa jika cahaya bergerak diagonal pada suatu bidang datar, kita bisa melipat cahaya tersebut, sehingga dua peristiwa akan dapat digabung dalam satu waktu, padahal satu peristiwa terjadi di masa lampau sementara satunya lagi adalah masa sekarang. Hasilnya suatu kejadian dimasa lampau bisa benar-benar terlihat dimasa sekarang, itulah Dejavu. Masih bingung kan, tonton aja deh, ntar kalau gak ngerti bisa di terangin :D

Terakhir, bagi yang males mikir, boleh lewatkan tulisan-tulisan yang ada di blog dengan tema ini. Tapi bagi yang suka akan suatu imaginasi, tulisan ini surganya.

So, enjoy..

Nb. Buku Mimpi-Mimpi Einstein terbitan dari KPG (Keperpustakaan Populer Gramedia), terjemahan dari buku Einstein’s Dreams karya Alan Lightman

Wednesday, May 16, 2007

Umur Nasrudin

"Berapa umurmu, Nasrudin ?"

"Empat puluh tahun."

"Tapi beberapa tahun yang lalu, kau menyebut angka yang sama."

"Aku konsisten."


(dasar, sufi edan.. ^_^)

Sunday, May 06, 2007

I Can't Read You

I'm never shy but this is different
I can't explain the way I'm feeling tonight
I'm losing control of my heart
Tell me what can I do to make you happy
Nothing I ever say seems to come out right
I'm losing control of my heart

And I wish that I could be
Another better part of me
Can't hear what your thinking
Maybe if I just let go
you'd open up your heart

But I can't read you
I wish I knew what's going through your mind
Can't touch you, your heart defending I get left behind
I can't reach you
I wish I knew what's going through your mind
Can't touch you, your heart protecting I get left behind
No no no no no
No no no no no

I like you so much I'm acting stupid
I can't play the game I'm all intense and alive
I'm losing control of my heart
I'm not supposed to be this nervous
I should play my hand all cool and calm
I can't breathe
I'm losing control of my heart

And I wish that I could see
The other better parts of me
Feel this fire I'm feeling
Then you'd see me in control
And baby then you'd know

But I can't read you
I wish I knew what's going through your mind
Can't touch you, your heart defending I get left behind
I can't reach you
I wish I knew what's going through your mind
Can't touch you, your heart protecting I get left behind
No no no no no
Interest

Tadi sore saya dikenalkan dengan seorang Account Manager (AM) baru dari salah satu rekanan perusahaan tempat saya bekerja. Sebagai orang yang baru kenal, biasa kita saling berbagi cerita, dari yang serius soal kerjaan sampai ke hal-hal kecil seperti pengalaman saya ketika perjalanan dinas ke Bangkok. Saya bercerita bahwa bagi saya Bangkok tidaklah semenarik cerita orang-orang atau iklan pariwisata mereka yang ada di tv, tapi ternyata dari AM yang baru saya kenal tersebut, Bangkok merupakan kota yang menarik. Banyak hal-hal yang menarik bagi dia seperti jual beli di perahu, pasar tradisional dan makanan yang enak-enak. Saya jadi berpikir, apa yang menarik dengan pasar tradisional atau makanan yang enak-enak. Di daerah asal saya di bukittinggi sana kedua hal tersebut dengan gampang ditemui, jadi apa menariknya?

Saya jadi teringat cerita seorang teman, ketika dia ditugaskan dengan teman kantornya ke daerah sumatera utara, ketika melewati suatu area persawahan di sana, temannya teman saya ini minta berhenti dan di foto di dekat padi-padi yang sudah menguning. Katanya selama ini dia belum pernah ketemu sawah, dan pengalaman ketemu padi yang menguning tersebut suatu pengalaman sangat mengesankan bagi dia. Bagi saya dan teman saya (kebetulan teman sama-sama dari Bukittinggi), kita punya komentar yang sama, apa menariknya?

Bagi saya, kota yang menarik itu Singapore, perjalanan ke singapore selalu menyisakan pengalaman yang menarik. Kesibukan dan keteraturan kotanya adalah hal menarik bagi saya. Tapi hal sebaliknya justru saya sering denger dari orang Singapore sendiri, bagi mereka jakarta lebih menarik, kota ini kata mereka lebih dinamis jutru karena tidak terlalu banyak aturan seperti di singapore.

Ngomongin masalah pendamping hidup, saya juga sering berbeda pendapat dengan teman tadi, dari pengalaman dia lebih gampang dapatin teman ce berbeda daerah, sementara kalau yang satu daerah kata dia, dia agak susah nyambung, sehingga buat pendamping dia justru terobsesi buat dapatin orang yang satu daerah, karena menurut dia susah dapatinnya. Hal sebaliknya berlaku bagi saya sehingga kita punya target yang bertolak belakang.

Saya jadi teringat sebuah kisah dalam buku Canda ala Sufi karangan Nashruddin Hoja, dikisahkan seorang bertanya kepada Nashruddin, jika dia disuruh memilih antara kebijakan dengan harta, mana yang Nashruddin mau pilih. Nashruddin menjawab dia akan memilih harta. Orang yang bertanya heran, Nashruddin yang selama ini dia kenal sebagai seorang yang bijak kenapa lebih memilih harta daripada kebijakan. Ketika ditanya alasannya Nashruddin berkata, bahwa dia tidak butuh lagi kebijakan karena dia telah memilikinya, tapi kalau harta dia belum punya.

Hikmah yang ingin disampaikan oleh kisah Nashruddin diatas adalah, sesungguhnya manusia akan lebih cendrung memilih sesuatu yang belum dia miliki, coba menggapai sesuatu yang sulit di raih, mencari suatu yang belum pernah ditemui. Itu semua manusiawi, sesuatu yang menarik bagi sebagian orang belum tentu menarik bagi yang lainnya hanya karena dia telah memiliki, wallahu'alam :)
Pujian

Seorang teman sempat mengingatkan saya ketika saya memberikan pujian pada seseorang lewat sebuah forum. Teman tersebut mengatakan, apakah saya yakin bahwa orang yang saya puji memang seperti pujian yang saya tulis di forum tersebut.

Ucapan teman tersebut menginspirasi saya untuk membuat tulisan ini perihal motif seseorang melemparkan kata pujian. Dalam banyak hal, suatu pujian merupakan ungkapan yang ikhlas, ekspresi penghormatan terhadap orang lain. Hal ini sangat alamiah, banyak orang justru tidak bisa menahan diri untuk mengungkapkan penghargaannya atas apa yang dilihat atau dirasakan dari orang lain, yaa karakter, tindakan, bentuk fisik, bahkan terhadap hal-hal yang spesifik sekalipun seperti pujian akan senyum seseorang.

Pada kasus yang menjadi sorotan teman diatas, saya cendrung menggambarkan pujian tersebut adalah merupakan suatu pengharapan, terlepas dari kenyataan apa yang saya puji adalah suatu yang benar adanya ataupun tidak, saya berharap orang yang saya puji bisa seperti yang saya ucapkan. Disini pujian seperti sebagai sebuah do'a, dan biasanya yang memuji akan menggambarkan suatu yang ideal yang ada pada object yang di puji. Pujian ini akan bernilai positif, jika object yang di puji yang ternyata tidak seperti yang dipujikan, mencoba memperbaiki diri, membuktikan dirinya adalah seperti yang dipujikan.

Dalam hal strategi, pujian kadang bermata dua, ungkapan pujian terkadang sengaja dibuat agar object yang dipuji merasa tersanjung dan lupa diri. Terkadang disini pujian juga bertujuan untuk melihat respon orang yang di puji, apakah orang tersebut memiliki karakter sebagai orang yang gila akan pujian sehingga dapat dimanfaatkan. Banyak orang menggunakan strategi ini untuk menguasai dan mengendalikan orang lain. Pujian yang tidak ikhlas adalah seburuk-buruknya pujian :)
Menghitung Pahala

Pagi ini saya mulai menghitung pahala kembali, pahala apa saja yang saya lakukan mulai dari brangkat ke kantor sampai sekarang posting blog ini. Pahala pagi ini mulai dari tersenyum pada tetangga ketika manasin motor, baca do'a ketika mau brangkat, mendahulukan mobil lain ketika berpapasan di pertigaan, atau menyalip bapak-bapak yang lagi ngantar 3 anaknya dengan sangat hati-hati.

Menghitung pahala bukan untuk tujuan hitung-hitungan dengan Tuhan, atau bukan juga untuk tujuan ria, berbangga diri, tapi lebih secara pisikologis memacu untuk lebih banyak lagi berbuat kebaikan. Mengingat perbuatan baik, biasanya akan memberikan kepuasan batin tersendiri, sehingga kita akan terpacu untuk meraih kepuasan tersebut lebih banyak lagi dengan selalu berbuat baik.

Suatu pahala tidak harus berupa tindakan-tindakan besar berupa zakat atau ibadah seperti shalat dan puasa. Contoh diatas cukup menggambarkan, betapa hal kecilpun jika dilakukan dengan ikhlas, adalah suatu pahala. Ikhlas pun bukan suatu ucapan 'saya ikhlas', tapi berasal dari hati, semakin bersih hati semakin mudah untuk berbuat ikhlas.

So, udah berbuat baik apa aja pagi ini?
Canda Ala Sufi

Buat refresh aja..


Sedang Mimpi Indah, Ambilkan Kacamataku


Suatu hari, Nashruddin bangun tidur. Dia lalu berkata pada istrinya, “Tolong, ambilkan segera kaca mataku, sebelum mimpiku hilang.”

Sang istri langsung beranjak dari tempat tidur dan mengambilkannya, lalu berkata, “mengapa harus pakai kaca mata segala?” Nashruddin menjawab, “Aku sedsang bermimpi sesuatu yang sangat lembut dan aku ingin melihat lebih jeli hal-hal yang belum jelas, dengan kaca mata ini.”

Tak Tahu Hitungannya

Nashruddin menikah. Istrinya lalu memberi tahu padanya bahwa dia telah hamil sejak tiga bulan lalu. Dia meminta padanya agar segera memanggilkan bidan. Nashruddin berkata, “Kami sudah tahu bahwa wanita melahirkan ketika bayi dalam kandungannya sudah sembilan bulan, lalu apa maksudnya ini?”

Istri Nashruddin marah dan berkata, “Aneh sekali kau ini. Hai, sudah berapa lama kita menikah? Bukankah tiga bulan lalu?” Nashruddin menjawab, “Ya..” Istri Nashrudding bertanya kembali, “Bukankah kamu tinggal bersamaku sudah tiga bulan? Jadi, enam bulan bukan?” Nashruddin menjawab, “Ya…” lalu istri Nashruddin kembali bertanya, “Dan janin yang ada di perutku ini sudah tiga bulan, sehingga seluruhnya menjadi sembilan bulan.”

Setelah lama berpikir, Nashruddin berkata, “Kamu benar, karena aku tidak dapat menghitung dengan teliti... maaf, aku yang salah.”


Ayam Itu Tak Tahu Jalan

Suatu hari, Nashruddin meletakkan beberapa ekor ayam jantan miliknya dalam ssebuah sangkar besar. Dia lalu membawanya dari kota ke kota lainnya untuk dijual.

Di tengah jalan, dia merasa sangat berat membawa kurungan itu. Dia lalu berkata pada dirinya sendiri bahwa binatang-binantang itu akan segera mati,karena satu sama lain saling berhimpitan dan kepanasan. Tak ada jalan lain kecuali melepaskan semuanya, agar mereka hidup bebas sesuai dengan keinginannya.

Nashruddin membuka pintu sangkar itu. Satu persatu ayam Nashruddin keluar dan terbang berhamburan. Nashruddin mengambil tongkatnya lalu pergi. Namun, tiba-tiba dijumpainya seekor ayam yang sedang terdiam. “Sialan!, semoga kamu cepat mati. Kamu dapat membedakan waktu subuh dan waktu tengah malam, namun mengapa kamu tidak tahu jalan siang-siang begini.”

Journey

Bagaimana jika memandang hidup sebagai sebuah big adventure, petualangan besar. Ada berbagai macam bentuk petualangan, tapi satu garis lurus yang dapat di ambil, bahwa seorang petualang selalu mencari sesuatu yang baru, suatu yang tidak statis dan tantangan-tantangan baru.

Bagi mereka, perubahan adalah suatu yang dicari. Kondisi baru adalah tantangan baru apapun bentuknya. Tidak ada yang namanya mencari suatu steady state. Mereka yang mengambil jalan ini, tidak ada suatu kondisi pun yang dianggap sebagai kondisi terbaik. Kekayaan dianggap sebagai suatu petualangan, begitu juga kemiskinan dan berusaha melewati. Bertemu dengan berbagai karakter manusia adalah bagian dari petualangan, Keramaian dan kesendirian adalah tantangan yang harus dilalui dan dinikmati.

Berbeda dengan mereka yang mencari kondisi ideal yang berpatokan pada kecukupan materi dimana sebenarnya mereka hanya sedang membangun benteng-benteng semu bagi dirinya. Benteng merupakan gambaran kondisi save bagi mereka akan selalu berubah. Ketika mereka punya 1, memiliki 10 adalah kondisi yang mereka anggap aman. Ketika mereka punya 10, 50 dianggap kondisi save dan begitu seterusnya, karena ketika mereka telah berada di 10, kebutuhan dan gaya hidupnya juga berubah, maka 10 tidak lagi aman, memiliki 50 adalah kondisi aman. Disinilah mereka dianggap sedang membangun benteng-benteng semu. Sementara bagi mereka yang memandang hidup sebagai suatu petualangan, tidak ada border, tidak ada kastil yang mereka bangun, benteng yang hanya akan membatasi jarak pandangnya. Yang ada hanya suatu kumpulan bukit, laut dan padang terbuka yang penuh tanda tanya yang harus mereka lewati.

Suatu pencapaian hanyalah sebuah puncak dari satu tujuan dan menanti untuk mencapai puncak-puncak lainnya. Mereka akan selalu duduk sejenak di setiap puncak hanya untuk mengambil nafas, memandang sekeliling terhadap apa yang sudah dilewati, menikmati apa yang sudah di gapai dan berusaha memperbaiki diri untuk perjalanan selanjutnya. Perjalanan untuk mencapai yang lebih tinggi, yang lebih baik.
Pulang

Kematian bisa datang kapan saja, masalahnya adalah bagaimana kita mempersiapkan diri menerimanya. Apa yang terjadi sesaat ketika roh berpisah dari jasad, merupakan tanda tanya besar. Tidak ada satu orang pun yang dapat mendiskripsikan apa yang dialaminya saat ketika rohnya diangkat.

Saya percaya, membayangkan saat menjelang kematian dapat menjadi tolak ukur apa yang telah kita buat di dunia untuk dibawa ke akhirat. Cobalah untuk merenung sejenak saja, sejenak saja ketika sulit tidur, sejenak saja ketika lagi tidak banyak kegiatan di kantor dan waktu-waktu senggang lainya. Renungkan apa yang ada dalam bayangan kita jika saat itu juga kita harus 'pulang'. Mungkin akan muncul bayangan ketakutan akan kesalahan yang telah kita perbuat, ketakutan akan amal ibadah yang masih kurang, ketakutan akan hati yang belum bersih.

Dengan memikirkan sesaat sebelum kita dipanggil, moga dapat menjadi cara untuk introspeksi keimanan, untuk menjadi lebih baik. Saya percaya, mereka yang tersenyum saat meninggal dunia, mereka diperlihatkan perbuatan baik yang mereka perbuat, dan mereka tersenyum dan puas karena dengan bekal tersebut mereka siap untuk menemui-Nya.

wallahu'alam
Beautiful Mind

Pernah nonton Beautiful Mind khan? Satu yang menarik dari film ini adalah film tersebut dengan sangat bagus menggambarkan dunia orang yang terkena schizophrenia alias dunia yang ada di mata seorang yang gila.

Naaah, pernahkah anda membayangkan jika anda menjadi gila, apa yang ada dalam dunia 'gila' anda? Sekalian preparation jika bener-bener gila, siapa tau bayangan yang anda gambarkan disini muncul hehehe…

selamat menyelami dunia gila anda, bisa share disini, siapa tau dunia gila kita sama dan kita ketemu di dunia gila yang sama ;-)
Astrology

Percaya gak percaya, bagi yang percaya pada ramalan berdasarkan zodiak kudu revisi zodiaknya apa masih sama dengan sebelumnya, karena menurut info terakhir (info beneran apa scam gak tau deh) rasi bintang berubah tiap 50 tahun. Info tersebut menyebutkan dari pengamatan astronomi terakhir rasi bintang menjadi;


1. Capricornus- --------- --------- --21 Jan -16 Feb 26 hari

2.Aquarius-- -- --------- --------- ----16 Feb - 11 Mar 24 hari

3.Pisces---- -- --------- --------- -----11 Mar - 18 Apr 38 hari

4.Aries----- -- --------- --------- -------18 Apr - 13 Mei 25 hari

5.Taurus---- -- --------- --------- ------13 Mei - 22 Jun 40 hari

6.Gemini---- -- --------- --------- ------22 Jun - 21 Jul 29 hari

7.Cancer---- -- --------- --------- ------21 Jul - 10 Ags 20 hari

8.Leo------- -- --------- --------- --------10 Ags - 16 Sep 37 hari

9.Virgo----- -- --------- --------- --------16 Sep - 31 Okt 45 hari

10.Libra---- --- --------- --------- --------- 31 Okt - 23 Nov 23 hari

11.Scorpius- --- --------- --------- ------23 Nov - 29 Nov 6 hari

12.Ophiuchus- -- --------- --------- ----29 Nov - 18 Des 19 hari

13. Sagitarius-- --------- --------- ------18 Des - 21 Jan 34 hari

perubahan ini 'katanya' karena posisi bumi yang tiap tahunnya bergeser sehingga sudut terhadap rasi bintang tersebut berubah menyebabkan tanggal rasi bintang itu terlihat juga berubah.

Terlepas dari masalah perubahan rasi, suatu hal yang menarik mengamati tentang ramalan berdasarkan konstilasi bintang-bintang yang berjarak jutaan tahun cahaya dari bumi tersebut.

Kenapa ada ramalan bintang, itu tidak lebih karena kepercayaan bahwa lingkungan termasuk benda-benda langit seperti bintang mempengaruhi terhadap kehidupan makhluk hidup termasuk manusia. Bisa di mengerti sekecil apapun radiasi kosmik yang berasal dari benda-benda langit tersebut dapat mempengaruhi manusia dan itu di mulai sejak seorang lahir. Makanya zodiak mengambil pasokan tanggal lahir karena pada saat itulah seorang manusia pertama kali tercacah sinar kosmik. Apapun yang terimpact dari cacahan pertama itu akan mempengaruhi di masa-masa berikutnya, bayangkan misalnya suatu struktur tertentu dalam otak yang mengendalikan emosi kita di digitalisasi ketika tercacah pertama memiliki format 111000101, ketika tercacah lagi akan menjadi 110000100 sehingga terjadi perubahan karakter tergantung pada konstilasi bintang yang ada. Contohnya orang yang dilahirkan Gimini, ketika konstilasi bintang taurus mungkin akan mengubah sesuatu dalam diri orang tersebut sehingga berdampak terhadap karakter, karir dan asmara orang tersebut (alaaah, yang keuangan dan asmara ngarang bangeeet :D). Berdasarkan logika diatas (kembali seurieus neh), seharusnya mereka yang lahir 13 Agustus misalnya berarti memiliki zodiak Leo, dengan penggantian konstilasi seperti diatas seharusnya tidak perlu ganti zodiak karena memang pada saat dilahirkan memang dalam kondisi rasi bintang Leo, gak perlu harus pindah ke cancer, karena rasi yang mempengaruhi pertama kali adalah Leo.

Kembali, percaya gak percaya dengan logika diatas sepertinya sain modern harus mulai mencoba melakukan penelitian tentang ini, bisa macam-macam misalnya dibidang kedokteran tentang kesamaan suatu struktur unsur pembangun otak bayi-bayi yang dilahirkan dengan zodiak yang sama, pisikologi tentang karakter orang-orang dengan zodiak sama dan lainnya. Kalau gak ada yang mau melakukan saya boleh deh melakukannya asal ada yang membiayai (hehehe mimpi kali yeee)

Tulisan ini kembali hanya coba melogikakan ramalan yang selama ini dianggap scam oleh mereka yang terlalu mendewakan logika (padahal emang scam hehehe)

Terakhir, bagaimana LEO hari ini (untung masih LEO ;));

Kamu kadang cenderung merasa terlalu yakin apa yang kamu inginkan akan menjadi kenyataan. Kemungkinan gagal selalu ada, jadi siap-siap saja.

Asmara :Berbaikan kembali biasanya jadi lebih mesra.

Keuangan :Bila ada lebih sebaiknya ditabung, jangan dihambur-hamburkan.

Pekerjaan :Ketelitian kamu akan sangat membantu kelancaran pekerjaan.


my 'opposite' yang kebetulan zodiak nya juga gak berubah (siapa yaaa :))

Kamu nggak perlu merasa kurang pe-de karena temen deket lebih sukses, terima saja kenyataan ini dengan lapang dada, jangan dipikirin terus.

Asmara :Kayaknya kamu perlu suasana baru deh

Keuangan :Pengeluaran nggak sebesar yang kamu kira

Pekerjaan :Kesibukan di luar kantor jangan sampai mengganggu pekerjaan kamu



yang jadi pertanyaan, kok bisa tau karir/keuangan yaaa, kalau asmara masih bisa dilogikakan karena mungkin sesuatu dalam diri seseorang tersebut yang mempengaruhi terhadap asmaranya berubah ketika rasi tertentu, tapi yang namanya rejeki kok bisa tau.. wallahu'alam, just for open mind :)
Logika Spiritual

Dalam sebuah diskusi seputar ijtihad, saya mengutarakan bahwa pada dasarnya dalam beragama kita selalu berijtihad, berijtihad untuk diri sendiri. Untuk berijtihad sesungguhnya kita menggunakan hal utama yang ada dalam diri setiap manusia yaitu otak dan hati. Otak identik dengan logika sementara hati identik dengan keyakinan. Beragama tanpa logika menurut saya suatu penyangkalan terhadap makna diciptakannya kemampuan berpikir oleh Tuhan. Otak merupakan suatu filter awal, tapi hati memiliki tingkatan yang lebih tinggi. Ketika otak dengan segala logika menyimpulkan tentang suatu makna atau tindakan yang berhubungan dengan spiritual, kembalikahlah ke hati untuk memutuskannya.

Saya juga menolak bahwa semuanya harus di logikakan. Ada sisi ibadah yang telah di contohkan Rasulullah saw dan sangat jelas di tulis di Al-Qur’an, menurut saya tidak pantas untuk dilogikakan. Ibadah yang langsung berhubungan dengan Khalik seperti Shalat, puasa dan ibadah haji merupakan area ini. Logika sedikit bisa dilibatkan untuk daerah di sekitar ibadah tersebut, misalnya untuk menelusuri masalah sunnah untuk memanjangkan jenggot, mencukur kunis, berpakaian diatas tumit dan banyak lainnya. Area ini cendrung merupakan area yang berhubungan dengan penampilan seseorang secara fisik. Sedikit hal yang mengganggu saya adalah dimana bagi sebagian orang hal ini menjadi patokan tentang kualitas ke-islaman seseorang (apa anggapan saya saja kali yaa… :D). Seseorang dipandang lebih tinggi keislamannya jika berjenggot, pakai baju gammis. Pengkotakan mulai terjadi, ekslusivisme mulai terbentuk karena bagi sebagian percaya bahwa seorang baik hendaknya bergaul dengan yang baik-baik saja untuk menjaga dirinya. Pengakuan bahwa mereka adalah kelompok yang baik menyebabkan ekslusivisme itu terbentuk. Ujung-ujung dari semua ini adalah dakwah yang tidak tepat sasaran. Dakwah dari yang mengetahui ke orang yang telah mengetahui, hanya dari ‘yang baik’ untuk yang ‘telah baik’ saja, tidak menyentuh kepada sasaran yang seharusnya menerima dakwah. Yang ‘merasa benar’ semakin berada di jalur ‘kebenaran mereka’, sementara yang jelas-jelas tersesat, karena tidak tersentuh, akan semakin tersesat. Apakah ini bentuk hidayah yang ada dalam Al-Qur’an, bahwa mereka yang tersesat adalah mereka yang tidak dibukakan oleh Allah hatinya, menurut saya tidak, tapi lebih karena mereka tidak menerima pencerahan.

Kembali ke tulisan yang berkaitan dengan logika dan hati, adalah ibadah sosial dimana disini logika lebih banyak berperan, karena menurut saya Al-Qur’an dan sunnah dari Rasulullah saw hanya memberikan kerangka. Suatu penggambaran menarik saya dapatkan ketika dulu Yusril Ihza Mahendra memberikan ceramah ramadhan di masjid Salman ITB Bandung jauh sebelum beliau terlibat di dunia politik, dimana beliau menggambarkan hal ini sebagai suatu lukisan dengan bingkainya, agama itu hanya memberikan bingkai, sebagai suatu batasan, sementara kita manusia boleh melukis segala sesuatu asal tidak keluar dari bingkai. Disinilah, jalan seseorang dalam ibadah sosial bisa berbeda-beda, selama tidak keluar dari kaidah agama. Tidak ada suatu jalan yang baku yang harus diikuti semua orang dalam ibadah sosial, tidak ada pembenaran satu jalan, setiap orang bebas mengekspresikan diri masing-masing. Sebagai contoh, agama mengatakan bahwa sesuatu perbuatan yang diharamkan tidak boleh digunakan untuk tujuan kebaikan, seseorang yang menghidupi keluarganya dengan uang hasil korupsi, memberi nafkah merupakan salah satu ibadah sosial, tetapi dari hasil korupsi merupakan suatu cara yang salah, yang telah melewati bingkai. Bukankah banyak cara lain untuk memberi nafkah, banyak cara tersebut sebagai kebebasan berekspresi dalam beribadah.

Satu yang jadi catatan disini adalah dimana bingkai tersebut biasanya sangat tipis, bingkai tersebut akan lebih jelas jika hati dilibatkan. Disinilah dalam beribadah, logika pun tidak bisa di biarkan sendiri, hati merupakan tingkatan tertingginya. Kebenaran abadi sesungguhnya ada di dalam hati demikian para sufi beranggapan. Sufi sering menggambarkan hati itu seperti sebuah cermin, dimana pantulan Allah ada didalamnya. Jika cermin itu bersih kita bisa melihat pantulan Allah, tetapi jika hati tersebut kotor, kita tidak akan dapat melihat pantulan ‘Kebenaran’, bagaimana kita bisa bertanya ke hati, sementara hati memberikan pantulan (jawaban) yang salah. Hal-hal yang mengotori hati yang biasa disebut sebagai ‘penyakit hati’ tersebutlah yang harus selalu dibersihkan. Sifat ria, sombong, iri dan lainnya merupakan debu-debu yang menutupi cermin kita untuk mendapatkan jawaban kebenaran melalui hati.

Terakhir, aktualisasi spiritual dengan memperbaiki cara dan kualitas ibadah merupakan suatu keharusan. Keterbasan pengetahuan, kekurangan keimanan, banyaknya dosa-dosa yang menutupi hati menyebabkan kebenaran dalam beribadah yang kita yakini sekarang belum tentu merupakan suatu ibadah yang sudah benar adanya. Zaman yang berubahpun, menuntut kita untuk merekstruturisasi ibadah sosial kita. Islam merupakan agama yang agile, mungkin kitalah yang membuatnya tidak agile, wallahu’alam ☺

(Mohon koreksi karena kebenaran datangnya dari Allah, dan kesalahan dari diri saya sendiri. Apalagi tulisan ini adalah karya otak yang sangat mungkin salah dan bias oleh hati yang masih kotor)