Thursday, August 30, 2007


Fans


Setiap kita punya orang yang dikagumi. Kekaguman pada seseorang sebenarnya merupakan cerminan dari diri kita sendiri atau dapat juga merupakan cerminan dari angan-angan serta keinginan akan object yang dikagumi. Mereka yang suka tampil, mempunyai retorika yang baik biasanya sangat mengagumi tokoh-tokoh seperti Soekarno. Mereka yang suka dibelakang layar, sedikit bicara tapi banyak bekerja akan mengangumi Hatta. Kalau memuja intelegensia, tokoh-tokoh seperti Einstein biasanya berada di urutan nomor satu. Mereka yang bersifat humanis biasanya lebih mengangumi tokoh-tokoh seperti Gandhi, Nelson Mandela, dan mungkin juga Lady Di. Demikianlah cara kita mengagumi seseorang.

Huh, kok tulisannya jadi serius yaaa, itu sebenarnya introduction aja, don't judge a book by its cover begitu status seorang teman yang penggemar Tukul di YM nya. Tulisan diatas cuma cover doang, tulisan dibawah adalah tulisan sebenarnya ^ ^

Okey, sebenarnya tulisan ini tidak begitu jauh dari intro diatas, masih seputar mengangumi. Ceritanya, saya merasa beberapa hari belakangan ini secara tidak sengaja saya seperti dipertemukan lagi dengan orang-orang yang saya kagumi baik lewat ruang maya maupun ruang nyata. Jangan bayangkan kekaguman saya seperti kekaguman seorang PDI terhadap Soekarno, gak..!, kekaguman ini cendrung bersifat sangat pribadi. Masalah kagum-mengagumi, saya merupakan fans dari banyak orang. Dari dahulu saya suka mengamati dan selalu mencoba mencari sisi yang menarik, yang indah dari seseorang, dan memang setiap orang pastilah mempunyai sisi yang menarik dalam dirinya. Seorang Syam pembunuh Dirut Asaba aja memiliki sisi baik dan mengharukan ketika dia tertembak aparat, dan menelpon ibunya untuk pamit dan minta maaf sebelum dia meninggal. Positifnya, saya cendrung dapat menerima seseorang bagaimanapun jeleknya dimata orang lain, karena saya akan mencoba menemukan sisi yang menarik dari orang tersebut, dan itulah yang saya pegang dalam berhubungan dengannya, dan dengan itupun saya lebih permisif dan menerima semua kekurangnya.

Kalau dilihat orang-orang yang saya kagumi ditulisan ini, mungkin sebagian yang baca akan heran, itu aja dikagumi... hmmm biarin hehehe.. Seperti tulisan saya diatas, makna dikagumi disini adalah saya coba tampilkan sisi yang menarik dari orang-orang tersebut, tidak hanya sifatnya, karena sebagian dari mereka cuma bisa saya lihat sisi luarnya saja, tapi minimal disitu saya dapat melihat sesuatu yang saya kagumi. Biasanya saya suka gak tahan untuk langsung memuji didepan orangnya, beberapa pujian kadang sulit terucap dan ini kira-kira pujian yang tak terucap pada beberapa orang yang saya kagumi;

1. Seorang public figure yang gak saya kenal secara personal. Seseorang yang cuma saya temui sekali, dulu waktu ada suatu event music jazz akbar di jakarta. Ceritanya waktu itu saya lagi duduk nunggu persiapan panggung untuk performance suatu group jazz, tiba-tiba ada dua orang ce-co jalan didepan saya. Walau duduk di lantai, saya dapat merasakan suatu yang beda dari cara jalan ce di depan saya tadi. Secara reflek mata saya mengikuti geraknya. Sejak itu mata saya sulit untuk lepas darinya (can't take my eyes of you seperti lirik lagu, arti lirik nya bukan itu yaa, akh biarin :)). Suatu yang saya kagumi adalah bahasa tubuhnya sangat cewek banget (ce banget menurut pandangan saya mungkin beda dengan orang lain dan berbeda itu sah-sah saja bukan :)). Saya sampai mratiin gerakan tangan kalau dia lagi ngomong, ekspesi muka, cara ketawa, semuanya cewek banget. Terakhir ketika live performa, ketika sebagian ce disekitarnya berteriak-teriak, ada yang meloncat loncat, dia dengan sangat anggun cuma sedikit mengangguk-anggukan kepalanya mengikuti irama lagu sambil dengan pelan melantunkan lirik lagu yang dinyanyikan. So, keanggunan itu mungkin karena mantan putri indonesia kali yaaa... naaah lo, tinggal dicari siapa tuh. Naah minggu ini setelah saya coba invite di friendster beberapa bulan yang lalu, tiba-tiba di approve. Akh ketaun deh siapa tu ce. Masalah friendsternya beneran apa gak orangnya, gak masalah, tapi point disini adalah mengingatkan saya akan seseorang yang sempat saya kagumi.

2. Beberapa hari lalu saya ketemu seorang teman lama di friendster. Secara kebetulan saya baca testi dan comment dari teman-temannya yang sebagian memuji dia sebagai seorang yang sangat baik, ramah, dan enak diajak berteman. Yaah, hal itu mengingatkan saya kepada beberapa orang yang sangat baik yang saya kenal, salah satunya yaa teman saya ini. Mereka adalah orang-orang yang hatinya sangat baik, ikhlas, tutur katanya baik, dan tindakannya juga baik, benar-benar bikin iri :(

3. Naah yang ketiga ini mungkin pada gak nyangka. Kenapa, karena yang saya kagumi disini adalah suatu pasangan yang saya temui di tempat biliar. Lo kok orang di tempat biliar bisa dikagumi. Bukankah kebaikan itu bukan hanya otoritasnya tempat-tempat yang selalu dikonotasikan baik seperti masjid, kanpus dan tempat-tempat baik lainnya. Kebaikan itu kadang juga memancar dari tempat yang dari asosiasi sebagian orang adalah 'tempat yang tidak baik'. Kembali ke laptop.. apa yang saya kagumi dari pasangan ini, dari ce-nya, orangnya dimata saya sangat cantik, cantik bukan hanya dari fisik, tapi dari bahasa tubuhnya bener-bener cantik. Blom lagi cara berpakaiannya yang sangat santai, tidak terpengaruh tren mode yang ada dengan kaos oblon longgar, celana jean, sendal jepit dan jepitan rambut yang udah saya temui dari jaman baheula sungguh mempesona. Terakhir yang bagi saya cukup menarik adalah dia sangat serius menekuni/blajar billiar. Jarang saya ketemu seorang ce seserius dia mempelajari biliar. Dari co-nya yang saya kagumi adalah cara dia memperlakukan ce-nya, plus juga sabar ngajarin ce-nya untuk menekuni biliar. Blum lagi dua-duanya tidak merokok dan minum minuman beralkohol yang bagi mereka sebenarnya halal-halal saja. Sok cari di tempat billiar pasangan yang seperti ini ^ ^

4. Last but not least, karena banyak lagi sebenarnya orang-orang yang saya kagumi, tapi untuk blog ini cukup empat ini aja, ini aja udah kepanjangan untuk sebuah blog. Sebenarnya ditulisan sebelumnya berjudul 'Backy', disitu terasa juga nuansa kekaguman saya sama yang namanya Backy Tumewu, dan si Host acara Friend n the City di O channel. Ooo yaaa, yang keempat yaaa, naah ini teman yang kebetulan kemaren bareng makan siang. Sebenarnya banyak yang saya kagumi dari teman yang satu ini, tapi disini saya akan tuliskan sedikit aja, lebih karena ingin menunjukkan bagaimana kadang-kadang saya secara sengaja atau secara kebetulan mendapatkan sisi menarik dari seseorang yang membuat saya mengaguminya. Salah satu yang saya kagumi dari teman saya ini adalah hmm apalagi kalau gak kecantikannya (hmmm dengan ekspresi malu-malu, jangan-jangan yang diomongin lagi baca... dug..dug..dug.. hehehe..). Oke cerita gini, dimulai dari ketika makan siang, kebetulan kita duduk di pojokan yang di salah satu sisi dindingnya adalah berupa dinding kaca. Naah dari situ saya secara tidak sengaja (sebenarnya sengaja siiy), mratiin sebenarnya angle terbaik dari teman ini kalau dilihat dari sisi mana siy, ternyata saya menemukan dari pantulan wajahnya dikaca itu. Ooo saya jadi tau, walau orangnya aslinya memang cantik, sisi paling cantiknya adalah kalau dilihat dari sisi tertentu, dan itu suaangat... bikin gak bisa tidur hahaha.. Trus, ketika jalan menuju parkiran, secara tidak sengaja saya memperhatikan cara jalan teman saya ini, dan secara kebetulan saya menemukan sisi keanggunannya ketika berjalan hmmm .. ce..ce..ce... Terakhir, saya nemuin secara tidak sengaja bagian terindah dari suaranya adalah ketika dia ngomong sambil tertawa kecil waktu lagi bersihin jok mobilnya yang kotor oleh makanan.. suara yang always resound in my head, bikin ga bisa tiduur lagi, halah.. hehehe..pisss bu..! ^ ^

Tu khan, ga seserius intro nya ^ ^. Buat teman-teman yang secara sengaja saya tampilkan di blog ini, maaf kalau ada penulisan yang tidak berkenan. Makasih atas pertemuan, perkenalan atau persahabatannya yang telah memberi suatu arti bagi saya pribadi ^ ^


cheer

Saturday, August 25, 2007

Makna Sebuah Titipan
(WS Rendra)

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa :

sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Allah
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,

tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali oleh-Nya?

Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan
bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti
matematika:
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...

"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

Monday, August 20, 2007

Bangsa gw..

Hari sabtu kemaren dengan MioBoy saya rencana mau ke jalan Jayakarta, biasa nyari aksesoris bwat hobi, apalagi kalau gak biliar ^^. Tadinya mau lewat kota, tapi karena pengalaman macet di depan Glodok, akhirnya saya putuskan lewat Gunung Sahari. Ketika melewati Gunung Sahari memang terasa udah macet, jalan motor harus pelan, kadang-kadang harus nurunin kaki, cuma modal sandal jadi puaanasnya minta ampun. Abis Gunung Sahari kita belok lewat depannya Mangga Dua. Naah disitu ide blog ini sebenarnya tercetus.

Ceritanya, ketika saya melintasi jalan Mangdu, beberapa kali saya kaget, menghidar dan kadang ngerem mendadak. Penyebabnya adalah karena banyak mobil dari parkiran mall-mall yang ada di sepanjang Mangdu keluar parkir dengan seenaknya. Blom lagi Bajaj yang berhenti mendadak ngambil penumpang, gak sepenuhnya salah si Bajuri supir Bajaj nya siy, karena orang yang nyetopnya juga asal. Blom lagi angkot yang seenaknya berhenti dibawah jembatan yang menghubungkan pasar pagi dan Mangdu Mall. Taksi yang juga seenaknya berhenti ngambil penumpang, lagi-lagi penumpangnya juga seenaknya nyetop taksi. Yang bikin saya makin geram, itu mall ternyata punya banyak petugas pengamanan yang sepertinya tugasnya memang mengatur lalulintas di depan mall, tapi cuma berdiri doang dan sepertinya sudah cuek karena terbiasa liat kondisi seperti ini.

Ketika udah berhasil melewati jalan yang penuh dengan segala bentuk kesembrawutan, saya geleng-geleng, teringat kemarennya abis 17-an. Teringat lagu yang liriknya 'indonesia sejak dulu kala, slalu di puja-puja bangsa'. Saya gak habis pikir, bangsa mana siy yang memuja bangsa ini, ngarang kali yaaa penulisnya cuma buat bangkitin patriotisme. Saya juga mikirin, apa benar bangsa ini bangsa yang berbudaya, bangsa yang penuh adab dan sopan santun. Saya jadi ingat, ooo sepertinya budaya dan adab kita masih seputar simbol-simbol, sementara bangsa laen gak peduli dengan simbol, tapi mereka benar-benar menerapin yang namanya berbudaya. Kita masih sibuk dengan adab tangan kanan lebih baek dari tangan kiri, kalau duduk harus begini, berpakaian harus begitu, kalau ngomong sama orang harus begini dan lainnya. Semuanya sebenarnya bentuk simbol-simbol belaka. Kita gak pernah menerapin makna dari simbol-simbol itu yaitu sopan santun, beretika baik dan mana yang buruk, gak pernah..!

Saya teringat beberapa kota diluar sana yang sempat saya kunjungi, saya terkesan bagaimana mereka menghargai pejalan kaki, ketika itu saya masih jalan di trotoar dan baru mau belok buat nyeberang jalan, tapi mobil yang masih jauh mulai melambatkan kecepatannya dan berhenti, padahal saya belum persis berada di pinggir jalan. Bandingkan dengan kita disini yang kalau nyeberang harus lari pontang-panting kalau gak nyawa taruhannya, blom lagi trotoar yang harusnya buat pejalan kaki justru jadi bypass buat para pengendara motor.

Saya membayangkan kalau mereka yang dijalan Mangdu itu beradab dan berbudaya, harusnya ada halte buat nunggu angkot, taksi dan Bajaj. Gak ada yang namanya salip-salipan ngejar penumpang antar angkutan umum karena mereka menghargai budaya antri. Mobil yang keluar parkir sudah ada aturannya. Orang-orang punya akses yang gampang misal jembatan penyeberangan atau zebra cross menuju halte dan mereka punya rasa malu kalau menghentikan angkutan atau taksi tidak pada tempat seharusnya karena akan mengganggu kenyamanan pengguna jalan yang laen. Kalau udah seperti itu, tentu tidak perlu lagi adanya petugas keamanan mall karena semuanya telah berjalan sebagaimana mestinya.

Yaaah inilah bangsa gw, yang katanya udah berusia 62 tahun, kalau Nabi saw di usia tersebut telah melakukan haji wadaq sebagai haji penghabisan karena akan tutup usia dan selama 62 tahun umurnya telah membarikan banyak sekali teladan untuk umat manusia. Kalau bangsa ini, apa teladan yang kita dapat dalam 62 tahun :(

Mulailah berlaku baik dari diri sendiri, keluarga dan orang sekitar, tetap optimis ^^
Becky

Pada nonton gak acara friend n the City di O Channel pada kamis kemaren (16-08-07) yang bintang tamunya Becky Tumewu. Bagi saya bahasannya sangat menarik, khususnya bagaimana seorang Becky memandang suatu yang namanya perkawinan dan rumah tangga. Ada beberapa point yang menarik dari bincang-bincang tersebut diantaranya;

- Ketika Becky mengatakan bahwa dalam perkawinan kita harus memahami posisi dan kondisi masing-masing. Dia mencontohkan bagaimana suaminya dapat menerima dia yang selama 4 tahun terpaksa meninggalkan suaminya disaat 'prime time', waktu dimana seorang istri harusnya meladeni suaminya yaitu antara jam '6-8' pagi karena Becky nya harus menjadi host di salah satu acara yang jam tayangnya di jam tersebut. Menurut saya begitulah seharusnya bentuk perkawinan yang bisa dibilang bergaya kosmopolitan, dimana kita tidak bisa lagi berpatokan pada pola perkawinan dan cara hidup keluarga yang telah baku dengan kultur tertentu seperti yang namanya seorang istri pagi harus gini-gitu, suami harus gini terhadap istri dan sebagainya. Perkawinan seperti ini bersifat lebih lepas, perkawinan yang memiliki makna berupa penggabungan dua individu yang tetap tampil sebagai individu, dan masing-masing menghargai dan mensupport individu yang lain sebagai wujud yang namanya 'cinta'.

- Masalah perceraian, Becky memberi tanggapan yang menurut saya sangat bagus. Becky mengatakan bahwa kita sebagai 'orang luar' tidak dapat memberikan judge apapun karena yang tahu kondisi sehingga muncul ide yang namanya divorce adalah mereka berdua. Kita hanya bisa memberi advise berkaitan dengan anak misalnya. Tapi tetap, kita adalah orang luar, dan semuanya adalah keputusan mereka. Becky bercerita bahwa dia kadang bertemu suatu pasangan yang kondisinya sangat pelik sehingga sebagai orang luar kita tidak dapat sama sekali berkomentar apapun karena kepelikan masalah tersebut dan hanya mereka berdua yang tahu cara menguraikannya. Disini Becky memberi satu contoh yang menurut saya juga sangat bagus, bahwa seorang orang tua, akan memberikan suatu happiness ke anaknya jika dia sendiri happy. Bagaimana mungkin orang tua dapat menyalurkan suatu pelukan bahagia ke anak-anaknya jika dirinya sendiri tidak memancarkan aura kebahagiaan karena kepelikan masalah yang dihadapi. Sungguh indah ^_^

- Pertanyaan terakhir dari Alex (host acara ini) yang menanyakan tentang seberapa level kecintaan Becky terhadap suaminya, apakah pada tingkat 'karena' atau level 'walaupun'. Pertanyaan yang sangat indah..

Bagaimana tingkat cinta anda terhadap pasangan, istri/suami anda saat ini, apakah berada pada tingkat 'karena' atau pada level 'walaupun'?

Silahkan jawab sendiri, jawabannya Becky sendiri saya gak sebutin disini.. Thank Back..!! Thank juga buat Alex.. you are a great host..!!

Saturday, August 18, 2007

Konsisten

Masih ingat blog saya sebelumnya yang berisi kutipan beberapa cerita dari buku Canda ala Sufi Nashruddin Hoja. Kalau gak ingat, kelewatan.. :). Ok, salah satu tulisan itu bercerita, suatu saat Nasruddin ditanya berapa umurnya, dan Nashruddin menjawab 40 tahun. Orang yang nanya protes kok 40 tahun, bukannya lebih, karena beberapa tahun sebelumnya ketika ditanya, Nashruddin juga menjawab 40 tahun. mendengar prote tersebut, Nasruddin dengan enteng menjawab, 'karena saya konsisten'.

Tulisan yang terkesan enteng dan cuma buat lucu-lucuan ini, menurut saya punya makna yang dalam, maklum saja yang nulisnya sufi gak mungkin nulis sesuatu yang tidak punya makna. Saya sendiri menangkap makna dari tulisan tersebut adalah Nashruddin ingin menyampaikan bahwa sesungguhnya umur tidak dapat dijadikan patokan akan kesalihan, amalan dan kaitannya dengan kematian. Sepertinya di masyarakat telah lumrah menganggap bahwa bertambahnya umur semakin mendekatkan kita dengan kematian, dan semakin pendek waktu bagi kita untuk melengkapi ibadah. Disini sang sufi ingin membalikkan, bahwa sesungguhnya umur tidak ada kaitan dengan semua itu. Bukankah yang namanya kematian bisa datang kapanpun, gak harus menunggu tua. Untuk itu kesiapan untuk memperbanyak ibadah juga tidak harus menunggu tua, dan tidak harus menghitung-hitung sisa usia, kapanpun kita akan di panggil. Saya yang lagi nulis blog ini, bisa aja gagal menyelesaikan blog ini jika tiba-tiba 'dipanggil'. Lagi, kalau pernah baca blog saya sebelumnya dengan judul 'Pulang' sepertinya pas banget dengan tulisan ini tentang kesiapan kita dipanggil kapanpun.

Naah, kenapa saya jadi keingat tulisan Nashruddin Hoja diatas, hal ini berkaitan dengan masalah pencantuman umur di friendster ketika usia saya kata orang-orang bertambah disaat tujuhbelasan kemaren (padahal gak perlu 17-an, tiap saat umur saya bertambah kok..! :P). Bukan rahasia lagi, nyebutin umur apalagi yang udah bangkotan kayak saya ini di friendster adalah hal yang sensi hehehe, tadinya saya mau nulis 27. Kenapa angka 27..? perhitungan umur seperti ini sebenarnya telah berjalan sejak saya berusia diatas 30 (hil..hiik.. emang udah bangkotan yaaa haaaaaa...mbebes mili..3x :)), angka 30 adalah puncak dari usia saya, setelah itu usia saya akan berjalan surut, karena saya waktu itu ingin menjadikan tolak ukur, berapa sisa usia yang masih saya punya didunia ini. Bukankah siklus hidup itu memang ada puncaknya, mulai dari bayi, anak-anak, dewasa, tua. Masa tua sebenarnya masa seperti kita balik ke kanak-kanakan, dan semakin mendekati kematian (normal), kita akan kembali seperti bayi, ketergantungan kepada orang lain, tidak bisa jalan, dan tidak jarang pikun dan bukankah itu sudah seperti kembali menjadi bayi. Makanya waktu itu saya berpikir, 30 adalah puncak usia, dan setelah itu akan kembali surut, dan 'mungkin' back to zero at 60, wallahu'alam. Tapi setelah merenungkan makna tulisan Nashruddin Hoja diatas, saya tidak lagi mempermasalahkan umur, yang penting apa yang bisa kita lakukan 'saat ini' untuk bekal kelak. Umur it's doesn't matter (halah sok inggris, emang tau artinya kata Tukul ^_^). Sekalian di blog ini saya tetapkan untuk saat ini dan seterusnya umur saya 27 tahun, karena saya konsisten. halah ^_^

Wednesday, August 15, 2007

Message In a Bottle

Pernah dengar lagu Message in a bottle nya Sting? Lagu itu menceritakan seseorang yang terdampar di suatu pulau di tengah lautan, mencoba mengirimkan pesan melalui sebuah botol dengan harapan dunia menyelamatkannya. Setelah beberapa tahun, pada suatu pagi orang tersebut menerima banyak sekali botol-botol berisi pesan yang sama, SOS.

Message yang saya tangkap dari lagu ini adalah tentang kesendirian, setiap orang merasa terasing sehingga mencoba mengirimkan pesan pada dunia untuk menyelamatkannya, tapi ternyata dia berada pada dunia yang orang-orangnya juga mengalami hal yang sama, loneliness. Saat ini saya merasa berada dalam dunia seperti itu, saya merasa saya dan orang-orang sekitar saya saat ini berada dalam kesendirian dan dalam bentuk berbeda-beda mencoba mengirimkan pesan SOS, tapi sayangnya semua orang melakukan hal yang sama, sehingga tidak ada yang menolong karena semuanya berharap ditolong.

Untuk itu yang perlu dilakukan adalah lebih membuka mata lebar-lebar, berharap dapat melihat orang lain di pulau terdekat yang mungkin sejak lama melihat ke arah anda..

I hope that someone gets my message in a bottle.

(I think i have send too many message in a bottle, but still, no one gets mine.. abis botolnya di labelin siy, kepada titik..titik..titik.., coba kalau gak dilabelin, pasti udah banyak yang nolongin, dan jangan-jangan tulisan ini juga ada labelnya hehehe.., tau aja..! ^_^)


wrote at 1:54 AM, when waking up is hard to do and sleeping is impossible too

Tuesday, August 07, 2007


Mbrebes mili



Lagi.. barusan saya kebangun oleh mimpi aneh dimana dalam mimpi tersebut saya sedang berusaha menghindari seekor laba-laba besar mencoba melompat ke arah wajah saya, secara reflek saya menghindar, disaat yang sama saya kebangun dalam posisi lagi terkaget menggoyangkan kepala seolah-olah sedang menghidar dari laba-laba. Ini bukan mimpi yang pertama, tapi entah yang keberapa, karena itu saya merasa ada yang aneh dirumah ini, saya selalu mengalami mimpi buruk yaa ketemu macem-macem kayak tadi laba-laba, ular, dan sempat juga ketemu nenek-nenek berbaju putih yang biasanya membuat saya terperanjak bangun, dan itu berlangsung dalam 10-30 menit setelah gw tertidur. Jangan-jangan ini rumah ada...!! hiiiiii.

Karena udah gak bisa tidur, saya coba buat tulisan ini, lumayan nunggu mata ngantuk kembali.

Mbrebes mili, salah satu kosa kata jawa yang saya dapat baru-baru ini. Berawal dari seorang teman kantor, my little girl dikantor (karena paling muda diantara kita-kita) yang digodain mulu sama teman, lama-lama matanya berkaca-kaca, akhirnya, bocor deh..

Mbrebes, saya termasuk orang yang mungkin sering banget mbrebes. Dari dulu saya adalah orang yang mudah sekali tersentuh dan biasanya mata saya berkaca-kaca, mbrebes, alhamdulillah. Kok bersyukur, bukannya sebagian orang beranggapan itu tipe cowok cengeng. Bagi saya gak, itu bukan cengeng, tapi itu wujud mengasah rasa. Hari ini berapa kali saya berkaca-kaca, pertama ketika bertemu teman saya yang bokapnya baru mengalami pendarahan di otaknya karena stroke. Yang bikin saya mbrebes bukan karena kondisi bokapnya tapi karena melihat wajah teman saya yang tadinya seorang yang sangat confidence, tenang, tapi tadi seperti hopeless. Betapa kejadian ini begitu memukul mentalnya, bokap yang benar-benar dicintai, walaupun dokter memberi harapan akan kesembuhannya, tetap saja ada rasa khawatir yang mendalam akan kemungkinan kehilangan orang yang dicintai dan mungkin jadi panutan dalam hidupnya. Moga bokap loe bisa sembuh my friend.

Mbrebes kedua ketika teman saya yang lain bercerita, lagi-lagi ada kaitannya dengan teman yang tadi saya ceritain, yaitu bagaimana orangtuanya ketika menjelang ajal menjemput. Teman tadi bercerita bahwa dia baru sadar setelah bokapnya meninggal, ternyata hari-hari menjelang 'kepergiaannya' beliau seperti mencoba melakukan napak tilas kehidupannya, mulai keinginan ke pulang ke kampung halamannya ke Jogja melalui jalan darat, berkunjung ke tempat-tempat yang pernah mengisi sejarah hidupnya, sampai kemudian sakit di jogja dan ingin pulang, yang ternyata makna pulang tersebut bukan kembali ke jakarta tapi pulang ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Yang bikin semakin berkaca-kaca adalah bagaimana orangnya menjelang hari-hari kematiannya berucap bahwa dia ingin pulang ke rumah yang di lihat banyak rumput hijau, dan ternyata ketika proses pemakamannya teman tersebut baru sadar bahwa lokasi kuburan bokapnya itu penuh dengan rumput hijau, na'uzubillah min zaliq. Suatu proses kematian yang sepertinya sangat indah, dimana sepertinya tidak ada border, pembatas antara kehidupan dunia dengan dunia berikutnya, semuanya terpampang dengan jelas dan kehidupan berikutnya tersebut diperlihatkan dengan gamblang oleh malaikat berupa suatu tempat kembali yang indah. Disana saya benar-benar berkaca-kaca, berdo'a dalam hati moga-moga kelak juga mengalami hal yang sama, amin.

Itulah beberapa contoh, kenapa saya sangat mudah mbrebes walau gak sampai mili. Tidak ada salahnya berkaca-kaca, tidak ada salahnya menangis demi suatu yang membawa kepada kebaikan. Bukannya Rasulullah saw dan para sahabat adalah mereka yang berhati teguh tapi tetap mudah menitikkan air mata jika teringat amalan-amalan dan hari akhir atau melihat suatu yang menyentuh perasaan. wallahu'alam.

Wednesday, August 01, 2007

Ordinary People
(John Legend)

Moga-moga gw bisa sesabar ini kelak ^_*

Girl im in love with you
This ain't the honeymoon
Past the infatuation phase
Right in the thick of love
At times we get sick of love
It seems like we argue everyday

I know i misbehaved
And you made your mistakes
And we both still got room left to grow
And though love sometimes hurts
I still put you first
And we'll make this thing work
But I think we should take it slow

We're just ordinary people
We don't know which way to go
Cuz we're ordinary people
Maybe we should take it slow (Take it slow oh oh ohh)
This time we'll take it slow (Take it slow oh oh ohh)
This time we'll take it slow

This ain't a movie no
No fairy tale conclusion ya'll
It gets more confusing everyday
Sometimes it's heaven sent
Then we head back to hell again
We kiss then we make up on the way

I hang up you call
We rise and we fall
And we feel like just walking away
As our love advances
We take second chances
Though it's not a fantasy
I Still want you to stay

We're just ordinary people
We don't know which way to go
Cuz we're ordinary people
Maybe we should take it slow (Take it slow oh oh ohh)
This time we'll take it slow (Take it slow oh oh ohh)
This time we'll take it slow

Take it slow
Maybe we'll live and learn
Maybe we'll crash and burn
Maybe you'll stay, maybe you'll leave,
maybe you'll return
Maybe another fight
Maybe we won't survive
But maybe we'll grow
We never know baby youuuu and I

We're just ordinary people
We don't know which way to go
Cuz we're ordinary people
Maybe we should take it slow (Heyyy)
We're just ordinary people
We don't know which way to go
Cuz we're ordinary people
Maybe we should take it slow (Take it slow oh oh ohh)
This time we'll take it slow (Take it slow oh oh ohh)
This time we'll take it slow