Thursday, November 15, 2007

Private vs Public

Beberapa waktu yang lalu di salah satu milis yang saya ikutin sempat heboh gara-gara satu kata makian di milis tersebut. Semua orang kaget, milis yang nota bene diisi oleh orang-orang praktisi komputer dan otomatis tentu terpelajar,mereka yang udah lama melek internet dan tahu bagaimana etika bermilis kok tiba-tiba ada kata makian. Untuk pertama kali setelah satu setengah taun saya mengikuti milis tersebut admin turun tangan mengingatkan semua anggota tentang etika bermilis, dan itu sebenarnya ditujukan kepada satu orang. Terlepas dari masalah etika, saya jadi mikir, gimana yaa rasanya kalau seandainya yang berlaku tidak sopan tersebut adalah saya. Ga kebayang kemana muka ini akan disembunyikan dari orang-orang. Syukurnya, bangsa ini adalah bangsa pemaaf, sangat cepat melupakan kesalahan orang lain, dan begitu juga di dunia maya seperti milis, suasana cepat reda dan semua orang kembali berbaur seolah sebelumnya tidak terjadi apa-apa.

Alkisah, halah..alkisah.. dulu waktu kecil tetangga saya sering banget branteng, keributan rumah tangga di rumah sebelah sangat kedengaran dari rumah saya karena rumah saya dan tu rumah tetangga berpunggung-punggungan. Semua orang di rumah tetangga itu sepertinya suka banget yelling each other. Dari sana, nenek sering mengingatkan cucu-cucunya yang masih kecil waktu itu agar bisa menjaga diri, menjaga agar apapun yang terjadi didalam rumah jangan sampai kedengaran oleh orang diluar rumah, selesaikan semuanya dirumah dan jangan terbawa keluar rumah. Dan memang karena masih kecil, semuanya itu disimpan dengan baik didalam otak, sehingga jadi pegangan hingga sekarang. Hal serupa sebenarnya biasa ditemui, tidak hanya di Bukittinggi sana yang boleh dibilang orangnya tidak seterpelajar seperti orang-orang di kota besar kayak jakarta, contohnya tetangga dekat rumah di jakarta ini juga sering ribut dan itu kedengaran sekampung, apa ga malu.... Hal ini adalah masalah habit yang ternyata tidak selalu berbanding lurus dengan pendidikan. Bicara contoh diatas sebenarnya ngomongin masalah pemisahan ruang public dengan ruang private. Pemisahan ruang private dengan ruang public sebenarnya adalah konsep yang berlaku universal, tidak hanya dalam problem rumah tangga tapi juga dalam kehidupan pribadi. Ada hal-hal yang bersifat sangat pribadi yang hanya kita sendiri yang tau yang tersimpan pada hati paling dalam atau hanya orang-orang terdekat yang boleh mengetahui merupakan ruang private kita yang tidak boleh terekspos ke public.

Dengan kemajuan zaman, walah ngomongnya.. hehehe.. era internet yang mengusung prinsip keterbukaan sedikit banyak mengubah cara pandang orang tentang ruang public dan ruang private. Tanpa disadari orang-orang tidak lagi sadar akan perlunya pemisahan ruang tersebut. Prinsip keterbukaan pada net world, telah juga mengubah media non internet untuk ikut terbuka, lebih bebas seperti media cetak, sehingga media cetak juga ikutan menyumbang yang namanya pengaburan pemisah ruang public dan ruang private. Pada media cetak, dah ga asing lagi, berjamur media gosip, semua aib orang yang seharusnya ada di ruang private dan kewajiban setiap orang tidak hanya orang yang bersangkutan untuk menjaganya, tapi juga harus dijaga oleh lingkungannya, justru tersekspos dengan sangat gamblang, dan sialnya lingkungannya juga mengambil peran dalam menyingkapan tersebut. Liat aja, seorang public figure kadang terekspos kehidupan pribadinya berawal dari kebocoran dari keluarga atau teman-taman dekatnya. Yang lebih sial lagi, kadang mereka sendiri yang mengekspos aib pribadinya dengan yang namanya komprensi pers. Brantem sama istri.. komprensi pers, mo bercerai.. komprensi pers, ga boleh masuk rumah.. komprensi pers.. dunia yang aneh..

Di dunia internet sendiri bukan hal yang asing akan penelanjangan kehidupan pribadi, bahkan sangat pribadi orang lain. Kita tidak perlu membahas tentang aksi video bandung lautan api, paling simple aja seperti kasus milis diatas, memaki didepan umum ga ada bedanya buka aib sendiri tentang sikap jelek kita didepan banyak orang. Berkembangnya social networking seperti friendster, multiply sebenarnya kalau ga pinter-pinter justru akan menjadi bumerang bagi diri sendiri yang mungkin tanpa disadari kita telah menyingkap sebagian ruang private ke kalayak internet. Belum lagi fenomena blog yang lagi booming sekarang. Blog yang ide awalnya memang merupakan diary maya, karena namanya diary kadang sebagian orang mindset nya masih seperti diary konvensional, tempat semua keluh-kesah pribadi ditumpahkan, padahal ini didunia maya yang semua orang bisa mengkasesnya. Merupakan blunder besar mengungkap hal yang sangat pribadi di blog yang terpublish untuk semua orang. Dengan sedikit customize sebenarnya blog dapat diperlakukan seperti diary konvensional, tapi kadang karena ketidaktahuan hal tersebut justru tidak dilakukan, dan semuanya terpublish karena default blog memang read to everyone, alias dapat diakses siapapun. Ga tau caranya, baca blog saya sebelumnya, atau bisa consult pribadi.. halah..!

Daah akh, dah setengah tujuh... mande duluuu.. and back to rutinitas ^^

No comments: