Sunday, November 25, 2007

Cerita si tukang cukur

Pernah denger cerita si tukang cukur? Saya dapat cerita ini dari seorang teman ketika ngobrolin masalah agama sehabis jum'atan minggu yang lalu. Ceritanya, suatu waktu si tukang cukur nanya ke orang yang lagi dipotong rambutnya, apakah dia percaya akan adanya pertolongan tuhan. Orang yang lagi dipotong rambutnya berkata, tidak. Pada saat itu lewat seseorang dengan rambut panjang. Si abang tukang bakso.. ee cukur berkata, 'naah coba lihat rambut orang tersebut, rambutnya panjang. Jika dia pengen rambutnya pendek, dia harus menghampiri tukan cukur untuk minta dipotongin'. 'Begitulah bentuk bantuan Tuhan' kata si tukang cukur, perumpamaan orang berambut panjang yang ingin dipotong rambutnya sebagai seseorang yang ingin meminta kepada Tuhannya, dan tukang cukur sebagai Tuhan, orang berambut panjang harus datang kepada tukang cukur untuk bisa mendapatkan bantuannya. Begitulah, kita harus datang kepada-Nya dengan cara memohon kepada-Nya untuk mendapatkan pertolongan, karena pertolongan itu tidak akan datang tanpa diminta.

Kisah diatas sebenarnya berkaitan dengan do'a. Kepikiran tentang bagaimana berdo'a ini sebenarnya berawal kita kemaren tiba-tiba kepikiran untuk mendo'akan seseorang agar dia diberi 'jalan ini' bukan 'jalan itu'. Pada saat itu tiba-tiba kepikiran, kenapa saya harus menentukan jalan 'ini' tersebut sebagai jalan untuknya, seberapa dalam pengetahuan saya yang hanya seorang manusia untuk menentukan jalan terbaik untuk seseorang, makanya saya jadi kepikiran untuk secara total menyerahkan kepada-Nya, siapa tau 'jalan itu' ternyata rahasia-Nya dan merupakan jalan yang sudah digariskan oleh-Nya. Makanya kepikiran bahwa sesungguhnya tugas saya cuma berdo'a apapun 'jalan' yang dipilihkan untuk dia adalah jalan terbaik yang akan mendekatkan dirinya pada yang Diatas, bukan jalan yang menyesatkan. Baik banget yaa, orang kok dido'a-in, tuu khan jadi ria, memuji-muji diri sendiri ^^

Ada lagi yang menarik sehingga saya kepikiran menulis posting ini adalah ketika barusan melakukan ibadah shalat sunnah, saya sempat berpikir kenapa yaa pada saat shalat sunnah kali ini saya tidak begitu banyak kepikir untuk meminta. Dalam kondisi tertentu, ketika mengalami banyak masalah, saya sering datang pada-Nya melalui shalat dan memohon ini dan itu, dan ketika semua masalah itu lewat, saya sepertinya bingung untuk minta apalagi.

Ada yang salah dengan cara berdo'a seperti ini, do'a yang hanya untuk meminta sesuai dengan yang kita inginkan, dan ketika semua keinginan itu tercapai, saya sepertinya bingung mau minta apalagi (tapi syukur alhamdulillah dengan tetap beribadah berarti saya masih mampir kerumah-Nya walau bukan untuk meminta, semata untuk mendekatkan diri kepada-Nya, hanya sekedar mengobrol dengan-Nya).. Apa yang salah dengan cara saya berdo'a..? saya takut semua permintaan itu hanya nafsu saya sebagai manusia, dan kadang Allah akan mengabulkan sementara sebenarnya bukan itu yang terbaik untuk saya sebagai umatnya. Makanya, dalam banyak do'a diajarkan agar kita selalu meminta jalan keluar yang terbaik menurut-Nya bukan menurut kita.

Tapi terkadang, hal itu tetap dilanggar, misal masih sering saya meminta "yaa Allah jadikanlah 'ini' seperti 'ini' dan jadikan 'ini' tersebut sebagai jalan terbaik menurutMu" apakah benar 'ini' tersebut yang saya minta adalah jalan terbaik, tapi saya tetap maksa kepada-Nya agar 'ini' dijadikan sebagai jalan Terbaik. Padahal 'ini' tersebut hanya pengetahuan saya yang terbatas, sementara Dirinya maha mengetahui apa sesungguhnya yang terbaik.

Sepertinya saya kudu buka-buka lagi niy buku tentang bagaimana Rasulullah saw atau para sahabat berdo'a. Rasulullah saw aja yang udah ada jaminan surga tetap aja menangis setiap kali berdo'a seolah-olah semua amalannya tidak ada arti di hadapan-Nya. Hmm.. cari dimana yaa?

Dah akh, kerja..kerja..kerja.. happy monday all ^^

No comments: