Tuesday, August 07, 2007


Mbrebes mili



Lagi.. barusan saya kebangun oleh mimpi aneh dimana dalam mimpi tersebut saya sedang berusaha menghindari seekor laba-laba besar mencoba melompat ke arah wajah saya, secara reflek saya menghindar, disaat yang sama saya kebangun dalam posisi lagi terkaget menggoyangkan kepala seolah-olah sedang menghidar dari laba-laba. Ini bukan mimpi yang pertama, tapi entah yang keberapa, karena itu saya merasa ada yang aneh dirumah ini, saya selalu mengalami mimpi buruk yaa ketemu macem-macem kayak tadi laba-laba, ular, dan sempat juga ketemu nenek-nenek berbaju putih yang biasanya membuat saya terperanjak bangun, dan itu berlangsung dalam 10-30 menit setelah gw tertidur. Jangan-jangan ini rumah ada...!! hiiiiii.

Karena udah gak bisa tidur, saya coba buat tulisan ini, lumayan nunggu mata ngantuk kembali.

Mbrebes mili, salah satu kosa kata jawa yang saya dapat baru-baru ini. Berawal dari seorang teman kantor, my little girl dikantor (karena paling muda diantara kita-kita) yang digodain mulu sama teman, lama-lama matanya berkaca-kaca, akhirnya, bocor deh..

Mbrebes, saya termasuk orang yang mungkin sering banget mbrebes. Dari dulu saya adalah orang yang mudah sekali tersentuh dan biasanya mata saya berkaca-kaca, mbrebes, alhamdulillah. Kok bersyukur, bukannya sebagian orang beranggapan itu tipe cowok cengeng. Bagi saya gak, itu bukan cengeng, tapi itu wujud mengasah rasa. Hari ini berapa kali saya berkaca-kaca, pertama ketika bertemu teman saya yang bokapnya baru mengalami pendarahan di otaknya karena stroke. Yang bikin saya mbrebes bukan karena kondisi bokapnya tapi karena melihat wajah teman saya yang tadinya seorang yang sangat confidence, tenang, tapi tadi seperti hopeless. Betapa kejadian ini begitu memukul mentalnya, bokap yang benar-benar dicintai, walaupun dokter memberi harapan akan kesembuhannya, tetap saja ada rasa khawatir yang mendalam akan kemungkinan kehilangan orang yang dicintai dan mungkin jadi panutan dalam hidupnya. Moga bokap loe bisa sembuh my friend.

Mbrebes kedua ketika teman saya yang lain bercerita, lagi-lagi ada kaitannya dengan teman yang tadi saya ceritain, yaitu bagaimana orangtuanya ketika menjelang ajal menjemput. Teman tadi bercerita bahwa dia baru sadar setelah bokapnya meninggal, ternyata hari-hari menjelang 'kepergiaannya' beliau seperti mencoba melakukan napak tilas kehidupannya, mulai keinginan ke pulang ke kampung halamannya ke Jogja melalui jalan darat, berkunjung ke tempat-tempat yang pernah mengisi sejarah hidupnya, sampai kemudian sakit di jogja dan ingin pulang, yang ternyata makna pulang tersebut bukan kembali ke jakarta tapi pulang ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Yang bikin semakin berkaca-kaca adalah bagaimana orangnya menjelang hari-hari kematiannya berucap bahwa dia ingin pulang ke rumah yang di lihat banyak rumput hijau, dan ternyata ketika proses pemakamannya teman tersebut baru sadar bahwa lokasi kuburan bokapnya itu penuh dengan rumput hijau, na'uzubillah min zaliq. Suatu proses kematian yang sepertinya sangat indah, dimana sepertinya tidak ada border, pembatas antara kehidupan dunia dengan dunia berikutnya, semuanya terpampang dengan jelas dan kehidupan berikutnya tersebut diperlihatkan dengan gamblang oleh malaikat berupa suatu tempat kembali yang indah. Disana saya benar-benar berkaca-kaca, berdo'a dalam hati moga-moga kelak juga mengalami hal yang sama, amin.

Itulah beberapa contoh, kenapa saya sangat mudah mbrebes walau gak sampai mili. Tidak ada salahnya berkaca-kaca, tidak ada salahnya menangis demi suatu yang membawa kepada kebaikan. Bukannya Rasulullah saw dan para sahabat adalah mereka yang berhati teguh tapi tetap mudah menitikkan air mata jika teringat amalan-amalan dan hari akhir atau melihat suatu yang menyentuh perasaan. wallahu'alam.

No comments: