Tuesday, July 03, 2007

Puzzle

Beberapa hari yang lalu seorang teman curhat bahwa dia baru berpisah dengan cowok yang telah jalan dengannya hampir 5 tahun. Sebenarnya kisah putus sambung bukan hal yang baru yang saya dengar dari teman yang satu ini, sejak lama dia suka curhat bahwa terlalu banyak perbedaan yang ada diantara mereka. Sejauh ini mereka berusaha cari titik temu, dan akhirnya kemaren itu mereka give up. Mereka sepakat untuk mengakhiri demi kebaikan masing-masing dikemudian hari, dan itu wujud rasa sayang mereka.

Saya jadi teringat teman yang lain, dua teman yang punya karakter yang berbeda, dari kultur yang juga beda, usia juga berbeda, tapi entah kenapa perbedaan tersebut justru dapat menyatukan mereka dan sekarang telah mempunyai seorang anak dari hasil pernikahan mereka. Saya jadi berfikir kenapa hal tersebut tidak bisa terjadi pada teman saya yang pertama.

Dari kedua kejadian tersebut saya teringat akan puzzle. Saya jadi berpikir, hidup ini sepertinya bagai sebuah puzzle. Setiap kita memegang potongan-potongan puzzle kehidupan yang coba kita susun yang baru lengkap setelah kita berpisah dari dunia ini. Tidak semua potongan puzzle yang kita pegang saat ini merupakan puzzle milik kita sendiri, sebagian mungkin puzzle milik orang lain, begitu juga sebaiknya, mungkin beberapa potongan puzzle kehidupan kita dipegang oleh orang lain.

Teman saya yang pertama, mungkin belum menemukan puzzle dirinya yang ada pada cowok yang sekarang harus putus begitu juga sebaliknya. Lekukan yang ada pada setiap potongan puzzle merupakan gambaran dari perbedaan yang mereka miliki. Potongan puzzle tersebut baru bisa disatukan dengan potongan pazzle lainnya yang sesuai. Bagaimanapun mereka berusaha menyatukan dua potongan puzzle, tapi kalau lekukannya berbeda, tidak akan pernah bisa bersatu. Kalaupun ada satu atau dua lekukan yang bisa disatukan sementara lekukan yang lain tidak memungkinkan, akan menyisakan pekerjaan rumah yang sulit dikemudian hari, atau justru akan merusak atau malah akan membuat berantakan apa yang selama ini kita susun. Hal itulah yang dihindari oleh teman saya dan cowoknya, sehingga mereka memilih cara terbaik yaitu berpisah. Beda dengan teman yang kedua, bagaimanapun perbedaan yang mereka miliki, lekukan pazzle perbedaan tersebut ternyata punya persentuhan yang dapat disatukan. Yang satu memegang potongan puzzle yang lain begitu juga sebaliknya.

Mereka yang sekarang sudah menikah dan bakal punya anak, saat ini sedang memegang potongan puzzle kehidupan anak-anaknya. Seorang dosen mungkin sekarang memegang puzzle kehidupan mahasiswanya yang kemudian hari menjadi orang sukses. Seorang cowok mungkin sekarang sedang mengantongi puzzle seorang cewek yang kemudian jadi istrinya. Begitu seterusnya. Puzzle kehidupan kita mungkin sekarang sedang berada di tangan orang-orang lain yang juga sedang mencari kemana puzzle tersebut harus disatukan.

Orang tua kita saat ini mungkin sudah bisa menikmati lukisan yang telah mulai terbentuk dari puzzle yang mereka susun bertahun-tahun. Sebagian orang mungkin masih mencoba menyusun ulang puzzlenya untuk membentuk suatu konstilasi yang lebih baik. Mereka yang menyadari kegagalan masa lalunya, mencoba menata ulang potongan-potongan puzzlenya untuk lebih punya bentuk yang diinginkan di masa yang akan datang. Sebagian lainnya mungkin masih asyik menyusun puzzle sesuai bentuk yang mereka inginkan saat ini tanpa peduli dengan kekacauan dan kesulitan yang akan mereka hadapati di kemudian hari.

Setiap kita mungkin telah memiliki gambaran puzzle yang akan terbentuk di kemudian hari. Kita berdo'a semoga diberi satu set puzzle berupa satu lukisan indah yang membuat kita tersenyum kelak ketika selesai menyusunnya, bukan satu set puzzle yang menghasilkan gambaran suram. Amin

---
(Dari Seseorang yang sedang coba memaksakan untuk merangkai dua potongan puzzle yang sulit disatukan ^_^)

No comments: