Sunday, July 29, 2007

Aku Dilamar..!

'Aku dilamar..!' demikian bunyi salah satu tag line sebuah iklan tv dimana sang ce dalam iklan tersebut menunjukkan cincin yang ada di jari manisnya. Ungkapan yang sama diutarakan seorang teman baru-baru ini, tapi teman yang ini bukan ce tapi cowok. Lho kok cowok dilamar?

Jawabannya karena teman saya ini adalah orang minang (sebagian menyebut sebagai orang Padang untuk orang yang berasal dari sumatera barat). Dalam adat minang, yang dilamar justru cowok bukan cewek. Kenapa bisa demikian karena adat minang yang bersifat matriakat (keibuan) bukan patriakat (kebapak-an). Dengan faham matriakat, perempuan menempati posisi terhormat menurut adat, sehingga banyak hal wanita diistimewakan secara adat. Sebagai contoh adalah dalam hal warisan, dalam adat minang dikenal istilah 'pusako tinggi' yaitu warisan adat biasanya dalam wujud tanah yang dimiliki oleh suku (klan) karena masyarakat minang yang agraris. Hak kepemilikan warisan ini akan selalu dipegang oleh wanita yang ada dalam klan tersebut, hal ini untuk menjamin kecukupan secara materi untuk wanita tersebut dan keturunannya. Sifat dari warisan ini adalah tidak boleh di jual hanya boleh dikelola dan hasilnya diberikan ke wanita yang ada di klan tersebut. Nantinya warisan ini akan diturunkan ke anak wanita dan anak wanita tersebut akan mewarisi lagi ke anak wanitanya dan begitu seterusnya.

Demikian juga halnya dalam hal nafkah, zaman dulu seorang laki-laki dalam keluarga minang bertanggung jawab menghidupi saudara perempuan dan anak-anaknya (ponakannya). Peran menafkahi keluarga bukan berada ditangan suami tapi ditangan paman karena si suami sendiri punya tanggung jawab juga terhadap ponakan dan saudara perempuannya. Dimasa sekarang peran tersebut telah berkurang, tapi peran paman terhadap ponakan dan saudara perempuan dalam keluarganya tetap dominan. Itulah sebabnya kenapa dalam suatu keluarga minang, apapun keputusan yang ada dalam keluarga, biasanya akan minta masukan dan pendapat kepada paman yang dalam istilah minang dipanggil mamak. Hubungan mamak dan ponakan ini akan sangat terasa dalam hal pernikahan, peran mamak sangatlah besar dan lebih menentukan daripada peran ayah sekalipun dalam keluarga tersebut. Makanya merupakan istilah umum, seorang laki-laki minang mengatakan kalau dia punya banyak tanggung jawab jika memiliki banyak saudara perempuan atau memiliki banyak ponakan dari saudara perempuan karena secara moril semua itu adalah tanggung jawabnya dan tidak jarang juga secara materil jika suatu kondisi suami dari saudara perempuannya itu tidak dapat menafkahi keluarganya, peran menafkahi akan menjadi tanggung jawab si paman.

Naah sekarang apa kaitannya dengan lamaran, kenapa si cowok yang dilamar. Adat seperti ini tidak berlaku di semua daerah di sumatera barat, hanya di beberapa daerah saja seperti Bukittinggi dan sekitarnya. Ini tidak lebih sebagai wujud perlindungan terhadap wanita dalam suatu klan. Dengan kondisi yang dilamar adalah yang laki-laki, jika lamaran diterima, laki-laki tersebut akan ditarik kedalam klan si wanita. Makanya lazim ditemui dalam keluarga keturunan minang, sang suami tinggal dirumah mertuanya bukan seperti budaya lain yang justru si istri yang ikut suami. Dari sini terasa bahwa wanita benar-benar dalam lindungan keluarga dan klannya. Lantas bagaimana secara agama? Ada istilah minang yang menyatakan bahwa 'adat basandi syara', syara' basandi kitabullah' yang artinya bahwa setiap aturan adat tersebut basandi (didasarkan) oleh syara' (agama) yaitu Islam (kitabullah). Kalau memang demikian, kenapa adat tidak taat ke agama dalam hal lamaran dimana dalam Islam dicontohkan bahwa yang dilamar justru wanita. Saya sendiri tidak tahu persis kenapa, sepertinya telah menjadi kesepakatan antara pemuka adat dan ulama dijaman dulu bahwa pola seperti ini tetap dipertahankan. Dugaan saya kemungkinan para ulama jaman tersebut berpendapat bahwa aturan yang dilamar adalah wanita seperti yang dicontohkan oleh Al-Qur'an atau Sunnah itu tidak bersifat esensi, tapi lebih kepada kultur dalam hal ini Arab, sehingga jika ditarik ke budaya lokal, sah-sah saja jika yang dilamar justru laki-laki, wallahu'alam ^_^

No comments: