Tuesday, July 17, 2007

Yak.. yuk..!

Dari tadi pengen nulis, tapi bingung mau nulis apa. Baca-baca buku sebelum tidur, tetap tidak memberi inspirasi apa yang mau di tulis di blog ini, yaa udah matiin lampu coba rebahan tidur. Tiba-tiba teringat kejadian kemaren di tempat fitness. Udah nyalain lampu lagi, ambil notebook, dan ini hasilnya.

Ada apa di fitness center. Begini ceritanya (duduk yang baik yaaa :)), hari sabtu siang minggu yang lalu, seperti biasa kalau lagi gak ada kesibukan di rumah saya pergi fitness sekedar jaga kebugaran, sesuai dengan nama tempatnya. Singkat cerita setelah menjalankan beberapa rangkaian latihan, untuk penutup saya biasa berlatih di section khusus buat body building yang isinya berbagai macam alat angkat berat dengan berbagai macam fungsi. Ketika lagi enak latihan, saya lihat ada dua orang cowok jalan mendekat ke rack dumble. Gak ada yang aneh dari dua orang ini, sampai beberapa saat tanpa bermaksud nguping, salah satunya nerima telpon. 'Saya udah dapet, harganya 60 juta, itu udah termaksud make up buat 15 orang', itu salah satu isi pembicaraan yang walau mencoba menulikan pendengaran tetap terdengar. Hmmm dari situ, otak jahat udah mulai bekerja, gay kali ni yaaaa. Tapi logat gay nya belum kentara. Sampai beberapa saat dia ngomong sama temannya, lagi-lagi ini bukan nguping, tapi kedengaran jelas. Dia membacakan isi SMS yang dia terima ' assalamu'alaykum, harap hati-hati melewati senayan dan sekitarnya, bakal ada pertandingan bola' bla-bla-bla, sisanya saya gak ingat. Tapi disini udah mulai kentara, ngomong gay nya udah mulai keliatan. Ooo, pikiran jahat udah makin berkuasa, 'bener khan?, gay tuuh'. Selang beberapa detik, seorang cowok lain dengan tubuh atletis datang dan mengambil dua dumble buat latihan dan duduk di bangku di samping saya dan kemudian mulai latihan. Tiba-tiba cowok yang tadi saya duga gay, datang ngambil damble dekat cowok yang tadi baru datang, kemudian komentar dengan nada ke cewek-cewek-an ' tubuh kamu bagus dey..!'. Si cowok yang baru berhenti untuk istirahat sejenak latihan balas komentar 'kayaknya bagusan kamu dey..!' juga dengan suara lembut. Si cowok pertama langsung bales 'yak-yuk..!' Saya hampir spontan keceplosan ketawa, tapi untung masih ketahan. Saya langsung berdiri, dan jalan ke arah ruang ganti gak tahan nanti kelepasan. Dibalakang, saya masih mendengar ada komentar 'yak yuk...!' beberapa kali dari cowok yang pertama setiap kali cowok yang terakhir berkomentar. Ampuuuunnn..! saya susah nahan untuk tidak ketawa.. Berbagai pikiran jahat berseliweran di kepala saya, ni gay kok tau aja kelompoknya, langsung detect dan nyambung. Disisi lain, berarti saya gak di anggap kelompok mereka. Yak.. yuk, pada eke khan.. hahaha.. gak pantas banget, lebih pantes kalau liat tukul kalau lagi sok banci hehehe...

Dari dulu saya tetap menganggap pikiran dan ketawaan saya tersebut adalah sesuatu hasil dari pikiran yang jahat. Tapi ntah kenapa, kadang-kadang pikiran itu sangat dominan. Saya seperti dipancing untuk berpikiran jahat seperti itu oleh suasana di sekitar yang tidak bisa diterima oleh otak saya. Dari dulu saya selalu berusaha menghargai mereka sebagai manusia biasa, dengan harkat yang sama cuma dengan karakter yang berbeda. Beberapa kasus, saya suka miris, ketika mereka saya coba hargai, mereka seperti menjadikan itu sebagai pembenaran terhadap eksistensi mereka yang menurut berbagai sudut pandang menyimpang. Bagi kelompok yang lebih 'berada', eksistensi mereka cuma dipertontonkan di area tententu yang kira-kira dapat menghargai perbedaan yang mereka miliki, seperti contoh diatas di fitness center atau di tempat gaul kaum berada lainnya. Istilah pun berbeda, mereka suka dicap dengan istilah gay. Bagi mereka yang 'tidak berada' dan punya rasa berontak terhadap pandangan lingkungan kepada mereka, cendrung mengumbar dan mempertunjukkan eksistensi mereka dengan cara lebih terbuka, vulgar dan terkadang justru semakin memojokkan mereka ke sudut yang gelap dan makin tidak dihargai. Disana saya sangat kasihan terhadap mereka terutama cara mereka menghargai diri mereka sendiri. Mereka itu biasa di dikonotasikan sebagai kaum banci, bencong dan istilah lainnya yang memang terkesan rendah dan murahan.

Saya teringat acara Kick Andi malam jum'at minggu yang lalu yang menghadirkan bintang tamu Tata Dado dan Ninik Towok serta seorang pengamat Trans Gender. Dari acara ini saya baru sedikit mengerti tentang adanya dikotomi antara Trans Gender dengan Trans Seksual, dimana berpenampilan seperti perempuan tetapi tetap laki-laki tulen seperti Tata Dado atau Ninik towok yang justru telah punya anak termasuk ke kelompok yang disebut trans Gender. Trans gender ini biasanya terbentuk karena lingkungan, misalnya waktu kecil dikenalkan orang tua untuk menggunakan pakaian perempuan, bergaul dengan perempuan dan lainnya yang lama-lama membuat mereka nyaman berpenampilan seperti perempuan. Berbeda dengan trans seksual yang cendrung karena aspek biologis misalnya bentuk fisik dan ketertarikan terhadap sesama jenis, merasa diri terjebak dalam fisik yang salah yang merupakan dampak dari biologis.

Lantas mana yang benar, saya tidak bisa men judge mana yang benar, tapi dari pengetahuan agama yang saya miliki yang masih dangkal, dari yang saya tahu bahwa dijaman salah satu Nabi dahulu, ada satu kaum yang dimusnahkan oleh Tuhan karena memiliki prilaku seperti diatas. Jika demikian halnya, adalah tugas kita untuk mendekati mereka, mempersempit ruang mereka untuk tetap mempertahankan eksistensinya misalnya dengan lebih kepada pendekatan personal dan menghindarkan mereka dari pergaulan kaum sejenis yang justru semakin menjerumuskan karena mereka merasa punya teman senasib sehingga semakin menggiring mereka untuk lebih memperkokoh eksistensi mereka seperti sekarang. Adalah tidak mulia jika kita menyisihkan mereka, melihat sebelah mata dan berpandangan jijik terhadap mereka. Tetaplah hargai mereka sebagai manusia ciptaan-Nya, karena bukan mereka yang membuat mereka seperti itu, tapi karena lingkungannya dan termasuk kita. Wallahu'alam

No comments: