Taun baru, rumah baru.. sicindai juga pindah ke pohon yang baru di:
http://sicindai.wordpress.com
Jadi mulai saat ini, sicindai.blogspot.com ini dah ga update lagi, semuanya pindah..
Hari baru, hidup baru, blog baru.. weleh-weleh..
Sering mampir yaaa.. , plissss :D
sicindai
legend of tarok ghost
Wednesday, January 02, 2008
Tuesday, January 01, 2008
Right Path
Masih ingat tulisan saya tentang film Scent of woman, ketika Al-Pacino ngomong:
‘Now I have come to the crossroads in my life. I always knew what the right path was. Without exception, I knew. But I never took it. You know why? Because it’s too damn hard’
Hari ini saya merasa telah berada di crossroad in my life, and i have choose the path, and pray, that was the right path
Semoga.. hikhikhik..
Perjuangan belum berakhir kawan, justru ini awal peperangan sebenarnya, the real battle.. wish me luck yaa :)
Pendek sekali.. hmmm mau coba tidur, udah taun 2008, siapa tau tidur di 2008 lebih pulas dibanding taun 2007, halah.. Denger niy lagu Sweetest days Vanessa Williams di laptop;
You and I, in this moment
Holding the night so close
Hanging on, still unbroken
While outside the thunder rolls
Listen now, you can hear our heartbeat
Warm against life's bitter cold
These are the days
The sweetest days we'll know
There are times that scare me
Were rattle the house like a wind
Both of ours so unbending
We battle the fear within
All the while, life is rushing by us
Hold it now and don't let go
These are the days
The sweetest days we'll know
So we'll whisper a dream here in the darkness
Watching the stars till they're gone
And then even the memories have all faded away
These days go on and on
Listen now, you can hear our heartbeat
Hold me now and don't let go
These are the days
Every day is the sweetest day we'll know
These are the days
The sweetest days we'll know
jadi panjang khan tulisannya hehehe... welkam 2008 :)
Sunday, December 30, 2007
Mana tuan mu
Lagi semangat nulis, jadi lanjutin akh. Setelah selesai dengan tentang Vietnam, saya jadi keingat tentang masalah nasionalisme. Kecintaan terhadap negeri ini. Meski baru mengunjungi negeri orang bisa di itung dengan jari, dan itupun variasinya ga banyak, tapi satu yang bisa saya simpulkan, I luv my country.
Saya ga perlu dengan perempamaan 'hujan emas di negeri orang - hujan batu di negeri sendiri' buat menggambarkan kecintaan atas negeri sendiri, karena itu berlebihan, kalau ada hujan emas di negeri orang pasti harga emas bakal jatuh dong, ngapain kesana hehehe... So, apa yang bikin saya sangat cinta akan negeri ini, lebih karena suasana religiusnya. Satu hal yang selalu saya ingatkan ke teman-teman yang pengen kerja keluar negeri sana, bagi mereka yang muslim, percaya deh, anda tidak akan mendapatkan suasana tersebut. Paling simple adalah, anda tidak akan pernah dibangunkan dengan yang namanya azam subuh, anda tidak akan pernah merasakan enaknya suasana jum'atan seperti jum'atan disini, meski disini kalau jum'atan sering sendalnya raib terbawa kaki-kaki yang tidak bertanggung jawab, tapi tetap shalat disini jauh lebih enak. Belum lagi lebaran, uuhhhh, anda ga akan bisa menikmati gema takbir, hangatnya suasana mudik, tidak cuma perjalanannya tapi suasana keriuhannya menjelang mudik dan juga arus balik, dan tentu puncaknya lebaran.. dijamin, anda tidak akan bisa menikmati.
Masing-masing orang mungkin beda-beda yaaa, tapi bagi saya pribadi tidak ada yang lebih berharga didunia ini kecuali yang namanya nuansa religi, dan negara ini dengan kebobrokan mental orang-orangnya, masih jauh nuansa religinya daripada dimanapun..
Trus, ada yang nanya, bagaimana jika kerja nya ke Malaysia, yaaa kalau Malaysia siy ga jauh kayak indonesia, ngapain merantau kesana.. negara Arab, akhh males, seberapapun banyaknya duit disana, anda tetap seperti bangsa budak disana, bangsa kelas bawah dimata mereka, ngapaiin.. Jadi ingat cerita teman, dia kerja di offshore, dan kebetulan checkpointnya di salah satu negara Arab. Naah ketika dia nyampe di bandara, petugas bandaranya nanya 'Mana tuan mu'.. gubrak, capeee dey, emang enak dikira pembantu - TKI.. sebegitu rendahnya orang kita dimata orang sana.. :(
Oo yaa berikut tampilan sicindai di sicindai.wordpress.com, lebih simple tapi, hmmm enak diliat.. suatu saat sicindai akan pindah ke wordpress, si hantu tarok ini udah ga nyaman lagi dia berayun di pohon blogspot.
Saya ga perlu dengan perempamaan 'hujan emas di negeri orang - hujan batu di negeri sendiri' buat menggambarkan kecintaan atas negeri sendiri, karena itu berlebihan, kalau ada hujan emas di negeri orang pasti harga emas bakal jatuh dong, ngapain kesana hehehe... So, apa yang bikin saya sangat cinta akan negeri ini, lebih karena suasana religiusnya. Satu hal yang selalu saya ingatkan ke teman-teman yang pengen kerja keluar negeri sana, bagi mereka yang muslim, percaya deh, anda tidak akan mendapatkan suasana tersebut. Paling simple adalah, anda tidak akan pernah dibangunkan dengan yang namanya azam subuh, anda tidak akan pernah merasakan enaknya suasana jum'atan seperti jum'atan disini, meski disini kalau jum'atan sering sendalnya raib terbawa kaki-kaki yang tidak bertanggung jawab, tapi tetap shalat disini jauh lebih enak. Belum lagi lebaran, uuhhhh, anda ga akan bisa menikmati gema takbir, hangatnya suasana mudik, tidak cuma perjalanannya tapi suasana keriuhannya menjelang mudik dan juga arus balik, dan tentu puncaknya lebaran.. dijamin, anda tidak akan bisa menikmati.
Masing-masing orang mungkin beda-beda yaaa, tapi bagi saya pribadi tidak ada yang lebih berharga didunia ini kecuali yang namanya nuansa religi, dan negara ini dengan kebobrokan mental orang-orangnya, masih jauh nuansa religinya daripada dimanapun..
Trus, ada yang nanya, bagaimana jika kerja nya ke Malaysia, yaaa kalau Malaysia siy ga jauh kayak indonesia, ngapain merantau kesana.. negara Arab, akhh males, seberapapun banyaknya duit disana, anda tetap seperti bangsa budak disana, bangsa kelas bawah dimata mereka, ngapaiin.. Jadi ingat cerita teman, dia kerja di offshore, dan kebetulan checkpointnya di salah satu negara Arab. Naah ketika dia nyampe di bandara, petugas bandaranya nanya 'Mana tuan mu'.. gubrak, capeee dey, emang enak dikira pembantu - TKI.. sebegitu rendahnya orang kita dimata orang sana.. :(
Oo yaa berikut tampilan sicindai di sicindai.wordpress.com, lebih simple tapi, hmmm enak diliat.. suatu saat sicindai akan pindah ke wordpress, si hantu tarok ini udah ga nyaman lagi dia berayun di pohon blogspot.
Antara Hanoi dan Purwokerto
Judul posting ini terinspirasi lagu Antara Anyer dan Jakarta. Ngomongin lagu tersebut, tapi pagi dengar bukannya jadi terhibur justru seperti mengorek luka lama, kehilangan jaket ketika acara kantor awal desember kemaren, hah.. forget it, toh jaketnya juga udah ketemu ^^.
Ooo yaa judul tersebut berkaitan dengan rubrik Perjalanan dan Santap di Kompas hari ini yang diisi oleh Bre Redana. Rubrik pertama membahas perjalanan Bre ke Vietnam, sangat menarik terutama tentang kesederhanaan orang-orang Vietnam dan kebanggaan mereka sebagai bangsa Viet. Ga kebayang, seorang pemandu wisata tidak mau ditaawari ikutan makan atau cuma sekedar minum di cafe demi menjaga etika profesi, plus katanya ga enak sama supir biro perjalanan yang nunggu diluar, karena si supir cuma dibayar 1 USD per hari sementara makanan dan minum di cafe, kebayang harganya brapa. Belum lagi bagaimana pemandu wisata selalu mengingatkan wisatawan agar tidak membeli barang kerajinan dari anak-anak karena akan mendorong anak-anak meninggalkan sekolahnya demi uang. Sungguh suatu kesadaran sosial yang sangat bagus, sebagai cermin tanggung jawab mereka akan masa depan bangsanya.
Bandingkan semua itu dengan kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia. Belum lagi betapa banyaknya anak-anak yang berkeliaran meminta-minta di tiap-tiap lampu merah di jakarta. Ooo yaa katanya di Vietnam juga tidak ada pengemis. Kalau dibilang hidup susah, mungkin lebih banyak orang Vietnam yang hidupnya lebih susah dari pengemis disini. Dan benar kata Bre, itu masalah mental, masalah rasa malu, dan itu yang ga dimiliki para pengemis disini. Kalau sebenarnya mereka punya rasa malu dan sedikit mau berusaha, betapa banyaknya posisi pembantu rumah tangga yang ada sekarang, liat aja betapa susahnya orang-orang nyari pembantu rumah tangga saat ini.
Ooo yaaa saya teringat Biography Pope Paulus II belum lama ini, dalam biography tersebut sang Pope sempat berkata bahwa demokrasi yang dia liat ketika Polandia beralih jadi negara yang demokratis membuat orang-orangnya lebih materialisme. Sepertinya berlaku juga sekarang di Indonesia, bandingkan dengan sebelum reformasi, betapa orang-orang tidak se matre semperti sekarang. Demokrasi telah menyebabkan arus informasi begitu bebas, iklan dan perusahaan luar yang menyebabkan kita jadi konsumtif, dan tentu UUD, ujung-ujungnya duit.. naah makanya dibilang matre.. Ternyata ada enaknya juga jadi negara sosialis seperti Vietnam ^^
Oke, cukup dulu yang serius di rubrik Perjalanan, jadi kepengen wisata ke Vietnam, bebas Visa ga yaaa? Kita sekarang pindah ke Purwokerto yang ada di rubrik Santap. Sesuai namanya, pasti ngomongin makanan. Naah saya baru tau ternyata tempe mendoan itu dari Purwokerto, kok ada teman yang orang purwokerto ga pernah cerita yaaa hehehe.. Rasa tempenya kan mantap banget tuh. Di kantin salah satu kantor BRI di Jakarta saya pernah nyoba tempe yang menurut saya sepertinya merupakan tempe mendoan, digoreng ga terlalu mateng, dan dimakan dengan cabe rawit... persis.. persis..
Trus di rubrik ini juga cerita tentang soto ayam Jalan Bank. Kalau dalam perjalanan mampir ke Purworkerto jangan lupa mamping ke Soto Ayam Jalan Bank, soto ayam dengan kuah kaldu dan paling terkenal dikota tersebut, sampai-sampai Gus Dur dan Megawati pun selalu pesan dihidangkan soto ayam tersebut kalau kebetulan kunjungan ke Purwokerto.. yamie..
Jadi pengen juga ke Purwokerto yang kata Bre Redana bagus dijadiin sebagai base kalau mau ke dataran tinggi Dieng.. kapan yaaa.. perlu visa juga ga yaaa kalau kesana hihihi.. Visa electron kali yaa, tapi emang di Purwokerto terima kartu Kredit.. hehehe..
Ooo yaa judul tersebut berkaitan dengan rubrik Perjalanan dan Santap di Kompas hari ini yang diisi oleh Bre Redana. Rubrik pertama membahas perjalanan Bre ke Vietnam, sangat menarik terutama tentang kesederhanaan orang-orang Vietnam dan kebanggaan mereka sebagai bangsa Viet. Ga kebayang, seorang pemandu wisata tidak mau ditaawari ikutan makan atau cuma sekedar minum di cafe demi menjaga etika profesi, plus katanya ga enak sama supir biro perjalanan yang nunggu diluar, karena si supir cuma dibayar 1 USD per hari sementara makanan dan minum di cafe, kebayang harganya brapa. Belum lagi bagaimana pemandu wisata selalu mengingatkan wisatawan agar tidak membeli barang kerajinan dari anak-anak karena akan mendorong anak-anak meninggalkan sekolahnya demi uang. Sungguh suatu kesadaran sosial yang sangat bagus, sebagai cermin tanggung jawab mereka akan masa depan bangsanya.
Bandingkan semua itu dengan kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia. Belum lagi betapa banyaknya anak-anak yang berkeliaran meminta-minta di tiap-tiap lampu merah di jakarta. Ooo yaa katanya di Vietnam juga tidak ada pengemis. Kalau dibilang hidup susah, mungkin lebih banyak orang Vietnam yang hidupnya lebih susah dari pengemis disini. Dan benar kata Bre, itu masalah mental, masalah rasa malu, dan itu yang ga dimiliki para pengemis disini. Kalau sebenarnya mereka punya rasa malu dan sedikit mau berusaha, betapa banyaknya posisi pembantu rumah tangga yang ada sekarang, liat aja betapa susahnya orang-orang nyari pembantu rumah tangga saat ini.
Ooo yaaa saya teringat Biography Pope Paulus II belum lama ini, dalam biography tersebut sang Pope sempat berkata bahwa demokrasi yang dia liat ketika Polandia beralih jadi negara yang demokratis membuat orang-orangnya lebih materialisme. Sepertinya berlaku juga sekarang di Indonesia, bandingkan dengan sebelum reformasi, betapa orang-orang tidak se matre semperti sekarang. Demokrasi telah menyebabkan arus informasi begitu bebas, iklan dan perusahaan luar yang menyebabkan kita jadi konsumtif, dan tentu UUD, ujung-ujungnya duit.. naah makanya dibilang matre.. Ternyata ada enaknya juga jadi negara sosialis seperti Vietnam ^^
Oke, cukup dulu yang serius di rubrik Perjalanan, jadi kepengen wisata ke Vietnam, bebas Visa ga yaaa? Kita sekarang pindah ke Purwokerto yang ada di rubrik Santap. Sesuai namanya, pasti ngomongin makanan. Naah saya baru tau ternyata tempe mendoan itu dari Purwokerto, kok ada teman yang orang purwokerto ga pernah cerita yaaa hehehe.. Rasa tempenya kan mantap banget tuh. Di kantin salah satu kantor BRI di Jakarta saya pernah nyoba tempe yang menurut saya sepertinya merupakan tempe mendoan, digoreng ga terlalu mateng, dan dimakan dengan cabe rawit... persis.. persis..
Trus di rubrik ini juga cerita tentang soto ayam Jalan Bank. Kalau dalam perjalanan mampir ke Purworkerto jangan lupa mamping ke Soto Ayam Jalan Bank, soto ayam dengan kuah kaldu dan paling terkenal dikota tersebut, sampai-sampai Gus Dur dan Megawati pun selalu pesan dihidangkan soto ayam tersebut kalau kebetulan kunjungan ke Purwokerto.. yamie..
Jadi pengen juga ke Purwokerto yang kata Bre Redana bagus dijadiin sebagai base kalau mau ke dataran tinggi Dieng.. kapan yaaa.. perlu visa juga ga yaaa kalau kesana hihihi.. Visa electron kali yaa, tapi emang di Purwokerto terima kartu Kredit.. hehehe..
Subscribe to:
Posts (Atom)